Jakarta (ANTARA News) - PTB Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) bekerja sama dengan Grameen Foundation membuka akses telekomunikasi bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya melalui pinjaman kecil dari lembaga keuangan mikro. "Kerja sama ini akan menjadi kemitraan pertama di Indonesia untuk membuka akses telekomunikasi bukan hanya bagi pelaku UMKM, tetapi juga masyarakat miskin," kata Presiden Direktur PTB Bakrie Telecom, Anindya Bakrie, di Jakarta, Selasa. Menurut dia, tingkat pemakaian telekomunikasi di Indonesia masih sangat terbatas atau sekitar 30 persen dari 220 juta masyarakat di seluruh tanah air. Oleh karena itu, ia menilai kesempatan tersebut merupakan pangsa pasar yang besar bagi BTEL untuk masuk ke dalam segmen menengah ke bawah. "Akses telekomunikasi dapat membuka kesempatan untuk menciptakan dan menjaga bisnis dalam jangka waktu yang lama," katanya. Konsep tersebut terinspirasi dari proyek Grameen Telecom di Bangladesh, Grameen Foundation dan MTNB di Uganda yang pada 2003 lalu meluncurkan "Village Phone". Dalam jangka empat tahun, MTN "Village Phone" telah mampu menciptakan lebih dari 10.000 village phone di seluruh Uganda. Technical Project Officer Grameen Foundation, Sean Dewitt, pada kesempatan yang sama mengatakan prakarsa tersebut merupakan solusi yang tepat untuk mengefektifkan fungsi lembaga keuangan mikro membantu kaum miskin. Selain itu, juga diharapkan mampu mengembangkan bisnis yang berkelanjutan sehingga mampu memberikan keuntungan bagi seluruh komunitas. "Kami harap ini dapat membantu membentuk jaringan operator yang dapat menolong perkembangan ekonomi di Indonesia dan memberikan inspirasi kepada bisnis lain," katanya. Kemitraan ini juga diharapkan dapat memberikan akses telekomunikasi yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia dan membuka kesempatan baru bagi pengusaha kecil untuk dapat menjalankan usahanya secara lebih lancar. Konsep dikembangkan melalui pinjaman mikro dari lembaga keuangan mikro yang ditengahi oleh Grameen Foundation dengan BTEL. Melalui pinjaman mikro, para pengusaha dapat membeli telepon set dan memiliki perencanaan pelayanan sehingga dapat menjual "air time" kepada masyarakat yang lain yang selanjutnya diharapkan dapat memberikan keuntungan dalam tingkatan tertentu. Upaya cerdas Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informasi, M. Noeh, mengemukakan kemitraan itu merupakan upaya cerdas untuk memotong mata rantai kemiskinan. "Terima kasih bagi pihak mana pun yang telah memotong mata rantai kemiskinan," katanya. Hal senada juga dikatakan oleh Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Sri Ernawati, yang menyebutkan bahwa upaya itu menyelesaikan persoalan di tanah air. Dunia usaha di Indonesia didominasi sekitar 99 persen usaha mikro yang belum memiliki akses pada sarana telekomunikasi. "Ini vital apalagi untuk di desa-desa pelosok, dimana pedagang yang tinggal di sana tidak perlu harus membawa barang dagangannya dahulu ke pasar untuk menjualnya. Tinggal melalui sarana telekomunikasi saja sudah bisa dipasarkan," katanya. BTELB sendiri menjalankan proyek tersebut bukan sebagai Corporate Social Responsibility tetapi ada unit bisnis tersendiri untuk menggarapnya. Jumlah pelanggan BTEL seperti diketahui meningkat 126,6 persen di kuartal tiga 2007 menjadi 2,95 juta pelanggan. Setelah melayani tiga provinsi, BTEL tahun ini akan memperluas jaringan di 17 kota dan telah mendapat izin untuk membuka jaringan akses internasional. (*)

Copyright © ANTARA 2007