Goma, Kongo (ANTARA) - Kelompok ISIS mengklaim serangan pertamanya di Kongo pada Kamis, dan menyatakan "Provinsi Afrika Tengah" bagian dari "Kekhalifahan" setelah dua tentara Kongo dan seorang warga sipil tewas dalam baku tembak.

Tiga orang tewas akibat bentrokan pada Selasa (16/4) di Bovata, dekat Kota Beni, kata sumber misi penjaga perdamaian PBB sekaligus pemimpin masyarakat sipil kepada Reuters. Kota dan daerah di sekitar daerah tersebut secara bersamaan dilanda kekerasan milisi dan epidemik Ebola.

Tidak mungkin untuk membuktikan klaim ISIS secara independen, yang disebarluaskan melalui kantor berita miliknya, Amaq. Terdapat lebih dari belasan kelompok gerilyawan fanatik berbeda dan kelompok kriminal yang beroperasi di daerah timur Republik Demokratik Kongo. ISIS juga mengakui lebih dari lima tentara tewas dan tiga lagi terluka.

Sumber PBB, yang juga pemimpin masyarakat sipil setempat, David Moaze mengatakan saksi di lokasi serangan menuding kelompok yang bernama Allied Democratic Forces (ADF), yang mungkin terkait dengan ISIS.

Laporan milik Congo Research Group (CRG) dari New York University dan Bridgeway Foundation pada November menyebutkan bahwa ADF telah menerima dana dari pemodal terkait ISIS. Hal tersebut terlihat dari hubungan sementara antara pemberontak Kongo dan gerilyawan lain di Afrika dan sekitarnya.

Tertarik untuk merayu dukungan anti-teroris dari kekuatan Barat, otoritas Kongo menuding ADF sebagai dalang dibalik serangkaian pembantaian selama dua tahun terakhir di timur negara tersebut. Biasanya tidak ada bukti apapun bahwa itu adalah mereka.

Sumber: Reuters

Baca juga: ISIS akui bunuh 18 tentara di Afrika Barat
​​​​​​​

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019