Bandarlampung (ANTARA News) - Direktur Eksekutif The Indonesian Institute, Jeffrie Geovanie, mengusulkan agar penggunaan sponsor untuk membantu pembiayaan Pemilu 2009 dipertimbangkan, namun penggunaan sponsor itu bukan dalam rangka dukung-mendukung. "Sponsor itu adalah semata- mata hanya untuk mendukung kesuksesan penyelenggaraan Pemilu 2009," katanya di Jakarta, Minggu. "Menggunakan anggaran negara puluhan triliun rupiah dalam kondisi seperti sekarang ini dan tanpa penghematan, tentu memberatkan. Namun melakukan penghematan yang terlalu ketat justru dikhawatirkan akan menurunkan kualitas Pemilu. Sehubungan itu, kenapa tidak dicoba dicari alternatif pembiayaan lainnya, seperti menjalin kerja sama atau sponsorship dengan swasta dengan tujuan semata- mata hanya menyukseskan Pemilu," kata anggota dewan penasehat lembaga CSIS itu. Ketika disebutkan bahwa dalam rancangan undang- undang tentang Pemilu disebutkan bahwa pemilihan umum harus dibiayai oleh negara, ia mengatakan bahwa negara memang wajib membiayainya, dan tergantung kepada negara untuk mencari sumber- sumber pembiayaannya. Sehubungan itu, ia mengusulkan agar sumber pembiayaan Pemilu itu dicari, di antaranya melalui kerja sama sponsor dengan swasta, namun kerja sama itu tidak boleh mempengaruhi kualitas dan hasil Pemilu. Dengan adanya kerja sama itu, maka perusahaan swasta bisa menjaga netralitasnya terhadap kekuatan- kekuatan politik yang bertarung dalam Pemilu. "Jika ada yang meminta bantuan dari perusahaan tertentu. Perusahaan itu bisa saja mengelak dengan mengatakan bahwa mereka telah menjalin kerja sama untuk menyukseskan Pemilu 2009," katanya. "Pemilu adalah peristiwa yang ditunggu- tunggu oleh banyak orang, melibatkan banyak orang, menyerap banyak pemberitaan, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan PON saja yang hanya mencuri perhatian kalangan pencinta olah raga dalam negeri, mampu menyedot keterlibatan sponsor untuk membiayainya, apalagi Pemilu di mana semua pihak memperhatikannya dan mengharapkan agar terselenggara secara baik," kata Jeffrie. Ia mencontohkan kerja sama itu, seperti "Aqua adalah minuman resmi Pemilu 2009" atau "Garuda adalah penerbangan resmi Pemilu 2009" dan banyak lagi produk lainnya. "Keterlibatan sponsor, bila dikelola secara profesional, tidak akan mengganggu kualitas Pemilu. Sebagai contoh, hampir semua olimpiade dan event olah raga internasional lainnya menggunakan sponsor tanpa harus menurunkan kualitas kegiatan tersebut," katanya. Ia juga mengatakan bahwa kehadiran swasta perlu dipertimbangkan untuk membantu pembiayaan Pemilu, namun sponsor perusahaan yang mendukung parpol atau capres/cawapres tertentu sebaiknya dihindari Masalah biaya Pemilu yang menjadi pembicaraan utama di dalam negeri belakangan ini sejak KPU mengusulkan biaya Pemilu sebesar Rp47,9 triliun. Biaya yang amat besar itu, yang melebihi anggaran pendidikan dan anggaran pertahanan, mendapatkan kritikan dari berbagai kalangan, dan Wapres Jusuf Kalla mengusulkan agar anggaran Pemilu sebesar Rp10,4 triliun.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007