Jakarta (ANTARA) - Direktur Relawan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ferry Mursyidan Baldan mengapresiasi peran masyarakat khususnya kalangan milenial yang antusias mengawal proses penghitungan suara agar tidak ada suara rakyat yang dicuri.

"Apa yang dilakukan Ruang Sandi, Gerakan Milenial Indonesia, dan AyojagaTPS menguatkan partisipasi masyarakat yang luar biasa," kata Ferry dalam konferensi pers di Media Center Prabowo-Sandi, Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan aspirasi masyarakat seperti kalangan emak-emak menginginkan agar tidak ada suara yang "lari" sehingga akan terus dikejar.

Ferry menekankan bahwa masyarakat harus mengetahui C1 plano karena merupakan dokumen resmi, terverifikasi dan ditandatangani pihak KPPS dan para saksi.

"Ini bisa dapatkan sebagai sebuah basis jaga ketika hitung proses penghitungan suara. Karena kalau bukan C1 plano, biasanya memiliki masalah seperti belum ditandatangani dan itu biasanya dipegang saksi," ujarnya.

Ferry mengatakan data C1 yang disampaikan Ruang Sandi dan AyojagaTPS akan melengkapi data yang telah dimiliki BPN Prabowo-Sandi yang terus diperbaharui setiap saat berdasarkan laporan dari para masyarakat dan pendukung.

Dalam kesempatan itu, Founder Ruang Sandi, Dimas Akbar mengatakan pihaknya telah mengumpulkan 20 ribu C1 yang dikirimkan para relawan melalui foto dan melakukan sortir data.

Dia mengatakan, setelah dilakukan penyortiran terdapat 13 ribu C1 yang sudah bisa dipastikan valid

"Kami tidak mau kasih data yang tidak valid. Dari 20 ribu itu kami sortir dan dicek ada satu foto yang sama dan jumlahnya ratusan sehingga setelah disortir terdapat 13 ribu C1," ujarnya.

Dimas mengatakan ada dua output yang dilakukan Ruang Sandi, pertama memantau pergerakan rekapitulasi suara, dan hasilnya adalah per hari Senin (23/4) pasangan Jokowi-Ma'ruf memperoleh suara 38 persen dan Prabowo-Sandi 62 persen.

Kedua menurut dia, Ruang Sandi bekerjasama dengan BPN Prabowo-Sandi dan AyojagaTPS sehingga C1 yang telah difoto relawan dapat diproses sehingga diperoleh real count.

"Kalau ada yang katakan mengapa hasil kami beda, karena metodenya beda dan masyarakat mengirimkannya ke kontak center Ruang Sandi dan sampelnya berbeda," katanya.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019