Proyek-proyek kilang itu akan meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar Pertamina dari saat ini sebesar 600.000 barel per hari menjadi 1,7 juta barel per hari pada 2027
Jakarta (ANTARA) - Pertamina mempercepat penyelesaian sejumlah proyek kilang ramah lingkungan agar segera memberi manfaat bagi penurunan impor bahan bakar minyak (BBM) dan produk petrokimia serta meningkatkan cadangan devisa dan penerimaan pajak.

Megaproyek kilang tersebut adalah 4 proyek perluasan (Refinery Development Master Plan/RDMP) yakni unit kilang Balikpapan, kilang Cilacap, Balongan dan Dumai. Selain itu juga 2 proyek pembangunan kilang minyak dan petrokimia (Grass Root Refinery/GRR) Tuban dan Bontang.

"Proyek-proyek kilang itu akan meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar Pertamina dari saat ini sebesar 600.000 barel per hari menjadi 1,7 juta barel per hari pada 2027," kata Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero) Ignatius Tallulembang saat berbicara pada lokakarya "Proyek Pengolahan dan Petrokimia" di Jakarta, Rabu.

Ignatius Tallulembang juga mengatakan keberadaan proyek kilang tersebut sekaligus akan mendukung kemandirian dan ketahanan energi nasional serta memperkuat keuangan negara.

Menurut Tallulembang, tahapan setiap proyek lebih cepat dari jadwal normal. Hal tersebut terlihat pada rincian pencapaian inisiatif dan rencana strategis ke depan megaproyek-megaproyek kilang Pertamina tersebut.

Pada 2018, Proyek GRR Tuban telah mencapai sejumlah target strategis antara lain penyelesaian bankable feasibility study (BFS), tender seleksi process licensor, general engineering design (BED) dan front end engineering design (FEED), serta izin penetapan lokasi lahan eks masyarakat seluas 493 ha dari Gubernur Jawa Timur.

"Target selanjutnya adalah penandatanganan kontrak process licensor, general engineering design consultant, dan PMC, pengoperasian perusahaan patungan secara penuh, pelaksanaan pembebasan lahan tahap II, dan pelatihan tenaga kerja lokal," katanya.

Untuk RDMP Balikpapan, lanjutnya, pencapaian antara lain penandatanganan kontrak engineering, procurement, and construction (EPC), penyelesaian pekerjaan pendahuluan tahap I seperti apartemen, site development tahap I, dan jetty, perolehan izin amdal, serta pelatihan 924 tenaga kerja lokal.

Sedangkan, langkah selanjutnya dari RDMP Balikpapan antara lain pelaksanaan EPC, pendirian PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB), penyelesaian pekerjaan awal tahap II seperti site development tahap II dan Lawe-lawe, pengendali banjir kilang dan apartemen, serta modifikasi 34 unit tangka, dan penyelesaian lelang paket EPC Lawe-lawe.

Proyek RDMP Cilapap, pencapaiannya antara lain perolehan sejumlah izin seperti penetapan lokasi, amdal, RTRW, dan relokasi fasilitas publik, pembebasan lahan, studi BED, memperoleh konfirmasi pendahuluan tax holiday, dan perolehan izin prinsip spin off aset unit kilang Cilacap dari Menteri BUMN.

Target ke depan RDMP Cilacap antara lain penyelesaian kesepakatan valuasi aset dengan mitra Saudi Aramco, pelaksanaan pekerjaan awal seperti pengembangan lokasi, rute ulang jalan, dan fasilitas umum, serta penyelesaian engineering proyek.

Untuk GRR Bontang, pencapaian strategis pada 2018 adalah penandatanganan frame work agreement (FWA) dengan mitra Overseas Oil Group (OOG) Oman pada 10 Desember 2018. Langkah berikutnya antara lain penetapan lokasi kilang, akuisisi lahan, penyesuaian RTRW, penyelesaian BFS, serta memulai pekerjaan BED dan FEED.

Sedangkan, RDMP Balongan, pada 2018 sudah dilakukan FWA proyek petrokimia dengan China Petroleum Company (CPC) Taiwan pada 11 Oktober 2018 dan penyelesaian tender konsultan untuk pre FEED dan studi kelayakan proyek petrokimia.

Tallulembang menambahkan di luar proyek RDMP dan GRR, proyek strategis lainnya yang tengah dikerjakan Pertamina adalah Proyek Pengembangan Green Refinery RU III Plaju.

Untuk RU III Plaju, akan dikembangkan mejadi proyek percontohan kilang ramah lingkungan dengan mengimplementasikan pemrosesan minyak kelapa sawit (Co-Processing CPO) yang menghasilkan bahan bakar biodiesel dan Green LPG.

Dalam jangka panjang, Pertamina telah melakukan kerjasama dengan ENI, perusahaan minyak asal Italia, yang menjadi pelopor konversi kilang pertama di dunia.

"Kerjasama ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina dalam menyediakan bahan bakar ramah lingkungan sekaligus mengoptimalkan sumber daya alam dalam negeri untuk menciptakan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional," kata Ignatius Tallulembang.


 

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019