Dengan diproduksinya ampul dan vial di dalam negeri, kami harapkan dapat mengoptimalkan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) produk farmasi ...
Cikarang, Jawa Barat (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto  meresmikan dan menyambut positif pengoperasian mesin baru untuk produksi alat-alat farmasi dan kesehatan berbahan kaca guna meningkatkan kapasitas dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Mesin AK 2000 ini merupakan hasil investasi dari PT Schott Igar Glass, perusahaan yang selama lebih dai 15 tahun berkontribusi dalam industri kaca nasional. Ada pun produksi alat farmasi dan kesehatan tersebut adalah vial, ampul, dan pipet.

"Dengan penambahan kapasitas produksi, PT Schott Igar Glass menjadi produsen utama dari produk vial dan ampul untuk memenuhi kebutuhan domestik, dengan pangsa pasar mencapai 70 persen," kata Menperin Airlangga Hartarto pada peresmian pengoperasian mesin tersebut di pabrik Schott Igar Glass, Cikarang, Jawa Barat, Rabu.

Dengan penambahan top line production sebanyak dua mesin AK 2000 untuk meningkatkan kapasitas terpasang produk vial dari 540 juta keping per tahun menjadi 576 juta keping per tahun atau menambah sebesar 36 juta keping per tahun. Sementara itu, kapasitas produksi terpasang untuk ampul menjadi sebesar 775 juta keping per tahun.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu pengembangan industri kaca untuk alat-alat farmasi dan kesehatan. Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035, industri tersebut menjadi sektor prioritas guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, sekaligus menjadi substitusi impor, dan mendongkrak daya saing di kancah internasional.

Menperin Airlangga Hartarto memaparkan peluang pengembangan industri kaca alat-alat farmasi dan kesehatan masih sangat terbuka, termasuk untuk memperbesar pasar dalam negeri. Hal ini ditopang dengan tumbuhnya industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional sebesar 4,46 persen pada tahun 2018.

Ia mengatakan industri kaca merupakan sektor padat modal yang membutuhkan biaya investasi besar. Untuk itu, kebijakan pengembangan sektor industri pengolahan ini difokuskan pada penguatan rantai pasok untuk menjamin ketersediaan bahan baku.

Dalam kesempatan sama, Presdir PT Schott Igar Glass Abelardo Riveron mengatakan investasi untuk peningkatan produksi melalui mesin AK 2000 ini sebesar 100 juta dolar AS.

"Kami tidak hanya memasok untuk 70 persen kebutuhan industri farmasi di Indonesia, tetapi juga memasok ke pasar ekspor seperti China, Taiwan, dan Eropa," katanya.

PT Schott Igar Glass telah menembus pasar ekspor ke lebih dari 20 negara di Asia dan Eropa. Pada 2018, ekspor produk ampul dan vial secara nasional sebesar 2.500 ton atau senilai 17 juta dolar AS.

Guna melindungi industri kaca farmasi di dalam negeri, Kemenperin menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) produk ampul dan merevisi SNI produk vial, yang selanjutnya akan diwajibkan.

"Dengan diproduksinya ampul dan vial di dalam negeri, kami harapkan dapat mengoptimalkan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)  produk farmasi melalui komponen kemasan dalam proyek pengadaan jaminan kesehatan pemerintah," ujar Menperin Airlangga Hartarto.

Baca juga: Jonan ungkap empat kegiatan yang bakal tren di era Industri 4.0
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019