“Terkait dengan Januari-Maret ini sudah lima tahun atau selama ini kami rugi pasti 90 juta dolar karena menggunakan pendekatan bisnis seperti biasa yang penting terbang saja sebanyak-banyaknya . Mahzab lama, kalau utilisasi tinggi, biaya akan turun,”
Tangerang (ANTARA) - Maskapai Garuda Indonesia lolos dari “lubang kubur terdalam” karena mampu membukukan laba pada musim sepi (low season) kuartal I/2019 sebesar  i 19,7 juta dolar AS yang belum pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya.

“Januari sampai Maret itu lubang kuburan terdalam, karena paling ‘low’. Kami bisa selamat, tingkat keterisian  meningkat 3,4 persen, secara finansial  malah untung,” kata Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah dalam konferensi pers hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Kantor Pusat Garuda Indonesia, Tangerang, Banten, Rabu.

Fikri menjelaskan bahwa strategi perusahaan untuk menciptakan keuntungan pada kuartal paling sepi bagi industri penerbangan itu yang biasanya mencatatkan rugi mencapai 90 juta dolar AS, salah satunya dengan mengganti pola startegi bisnis yang lama, yaitu meningkatkan utilitas (ketergunaan pesawat).

“Terkait dengan Januari-Maret ini sudah lima tahun atau selama ini kami rugi pasti 90 juta dolar karena menggunakan pendekatan bisnis seperti biasa yang penting terbang saja sebanyak-banyaknya . Mahzab lama, kalau utilisasi tinggi, biaya akan turun,” katanya.

Namun, lanjut dia, cara tersebut dinilai tidak bisa lagi diaplikasikan karena tidak sesuai dengan permintaan pasar sehingga  pihaknya mengurangi frekuensi penerbangan dan disesuaikan dengan permintaan pasar.

Pikri menuturkan harga serendah apapun, masyarakat tidak akan ingin terbang karena kegiatan perkantoran dan sekolah baru dimulai, misalnya Jakarta-Surabaya  biasanya 20 penerbangan sehari dipangkas menjadi 10 penerbangan sehari.

“Dari Januari sampai Maret mau dibuat murah, yang terbang itu-itu saja. Anak sekolah kami gratiskan tiga minggu liburan, apa ada yang mau berangkat,” katanya.

Pikri mengatakan ini merupakan terobosan karena di tengah harga tiket yang dinilai tinggi, Garuda justru membukukan keuntungan.

Dengan demikian, ia mengaku optimistis untuk kinerja kuartal-kuartal selanjutnya akan lebih baik seiring dengan mudik-balik Lebaran di kuartal II, kemudian liburan sekolah di kuartal III dan Haji serta Natal-Tahun Baru di kuartal IV.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan bahwa periode Januari-Maret 2019 harga minyak dunia naik 11 persen, tetapi Garuda membukukan penggunaan bahan bakar turun 20 persen karena pengurangan utilisasi pesawat tersebut.

“Ini akibat strategi yang kami lakukan, harapannya bisa berkelanjutan, sehingga membuat ‘profitability’ naik,” katanya.

Garuda Indonesia Group mencatatkan kinerja positif berkelanjutan selama kuartal I 2019, yakni membukukan laba bersih (net income) sebesar 19,7 juta dolar AS atau tumbuh signifikan dari rugi 64.3 juta dolar AS di kuartal I 2018 .

Pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan usaha perseroan yang tumbuh sebesar 11,9 persen menjadi 1,09 miliar dolar AS

Kinerja positif tersebut turut ditunjang oleh lini pendapatan layanan penerbangan berjadwal sebesar 924,9 juta dolar AS, tumbuh sebesar 11,6 persen dibandingkan periode yang sama di kuartal I2018.

Selain itu, perseroan juga mencatatkan pertumbuhan signifikan pada kinerja pendapatan pendukung (ancillary revenue) dan pendapatan anak usaha lainnya sebesar 27,5 persen dengan pendapatan mencapai 171,8 juta dolar AS.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019