Jakarta (ANTARA) - Mantan Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyebutkan Indonesia tidak lagi pantas menyandang predikat sebagai negara agraris.

Bayu di sela diskusi "Strategi Perkuatan Kuliner Nusantara Berbahan Baku Lokal dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional 2019-2024" di Jakarta, Kamis, mengatakan hal itu lantaran Indonesia tidak lagi mampu memenuhi indikator umum syarat negara agraris.

"Salah satu indikator penting, rasio ketersediaan lahan dengan jumlah penduduk kita kurang dari 0,2 hektare per penduduk dan itu akan terus menurun. Kita masih punya hutan, tapi itu berisiko kalau kita paksakan," ujarnya.

Berdasarkan indikator lain seperti kontribusi pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga disebutnya hanya sekitar 12-13 persen.

"Kalau kita pakai agribisnis, artinya menggunakan agro industrinya juga dan tidak cuma lahannya, kira-kira akan naik 27-28 persen. Tapi toh itu hanya kira-kira, kurang dari sepertiga yang memang berkaitan dengan produk pertanian," katanya.

Indikator lain, yakni di bidang ekspor pertanian, Bayu menyebutkan Indonesia kini sudah tidak lagi banyak mengekspor komoditas pertanian kecuali sawit.

"Kita memang paling unggul di dunia soal sawit. Tapi kalau Indonesia disebut negara pertanian, saya kira juga sulit karena banyak hal yang membuat kita tidak lagi menjadi negara paling unggul di pertanian," katanya.

Oleh karena itu, Bayu yang juga pengamat pangan dan pertanian IPB mengatakan pengelolaan sumber daya alam yang bijak dan baik menjadi kunci penting.

Ia menyebut pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan secara efisien, berdaya guna dan cerdas untuk memenuhi kebutuhan nasional terlebih dahulu.

"Kita harus mulai menyadari bahwa kita tidak berlebihan, kemudian kita lakukan langkah-langkah termasuk melibatkan masyarakat dan dunia usaha dalam pemanfaatan sumber daya alam ini," ujarnya.
 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019