Jakarta (ANTARA) - Akademisi yang juga rektor President University Prof Dr Jony Oktavian Haryanto  mengingatkan kalangan kampus akan pentingnya berkontribusi kepada dunia pendidikan dan masyarakat, jangan hanya sekedar mengejar gelar.

"Biasanya kalau sudah jadi profesor malas untuk publikasi. Itu sebenarnya tantangan, bagaimana meraih profesor bukan untuk gelar tetapi berkontribusi kepada masyarakat," ujar Jony usai pengukuhan dirinya sebagai guru besar President University di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.

Ia meminta, akademisi terus berkontribusi meskipun sudah mencapai pada tingkatan profesor dan mendorong agar dosen terus melakukan publikasi dan menjadikannya sebagai kebiasaan. Pihaknya memberikan insentif kepada dosen yang memiliki publikasi yang bagus.

"Jadi ada insentif, agar para dosen lebih semangat melakukan publikasi,"jelas dia.

Dalam kesempatan itu, Jony dikukuhkan sebagai guru besar dengan orasi ilmiahnya berjudul Peluang dan Etika Penelitian Tentang Anak Sebagai Pasar Potensial: Pasar yang Tidak Disadari". Jony menyebut dirinya membutuhkan waktu selama 14 tahun dalam melakukan penelitian itu.

Jony menyampaikan bahwa kehadiran anak-anak sebagai pasar potensial seringkali dilupakan oleh para pemasar. Padahal pasar anak mencakup tiga pasar sekaligus yakni pasar primer, pasar pemberi pengaruh dan pasar masa depan.

"Jika sejak usia dini dapat diidentifikasi apa penyebab terjadinya loyalitas pada anak, maka akan terjadi terobosan besar di dunia pemasaran dan ilmu manajemen."

Loyalitas anak pada merek dipengaruhi beberapa faktor utama yakni Brand Personality, Brand Slience, Brand Relationship, Buying Habituation, dan  Autobiographical Memory.

"Meskipun pasar anak sangat besar dan potensial, namun anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka masih memiliki keterbatasan dalam memilih dan mengelola informasi yang diterima. Untuk itu, penting bagi pemasar untuk memperhatikan aspek etika dalam melakukan kegiatan pemasaran pada anak. Kami memperkenalkan konsep virtue ethic sebagai pendekatan alternatif baru bagi kegiatan pemasaran pada anak," terang Jony.

Virtue ethic didefinisikan sebagai kebiasaan yang dilakukan seseorang secara terus-menerus untuk melakukan kebaikan. Perusahaan atau pemasar perlu mengenalkan pendidikan baru dalam kegiatan pemasaran kepada anak, yaitu dengan pendekatan "virtue ethic" yang dipercaya mampu mengatasi eksploitasi pada anak.*


Baca juga: Ketua Forum Rektor menilai pemilu tak perlu dipisah lagi
Baca juga: Menristekdikti lantik sejumlah rektor PTN

Pewarta: Indriani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019