Jakarta (ANTARA) - Perbaikan gigi dengan prosedur veneer yang telah populer untuk mendukung penampilan tidak dianjurkan bagi semua orang karena harus memenuhi persyaratan dari dokter gigi.

"Gigi berantakan (lalu) di-veneer mungkin? Tidak. (Lebih baik) lakukan perawatan ortodontik. Kalau tidak ada indikasi veneer, (gigi) jangan di-veneer," ujar dokter spesialis prostodontik dari Surabaya Sandy Aditya, di Jakarta, Sabtu.

Veneer gigi merupakan prosedur medis untuk memperbaiki penampilan gigi dengan menempelkan veneer (lapisan tipis porselen) di bagian depan gigi.

Perawatan veneer, lanjut Sandy, dapat dilakukan untuk kondisi gigi patah atau rusak. Selain itu, bentuk gigi runcing atau tidak wajar.

Baca juga: Tidak sembarang gigi dapat tempuh "bleaching"

Sandy mengatakan veneer termasuk salah satu jenis perawatan gigi yang berhubungan dengan estetika dan harus tetap memenuhi aspek keselamatan dan kesehatan saat menjalani prosedur itu.

Sementara, dokter spesialis konservasi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Pandjadjaran Irmaleny mengatakan dokter gigi akan memastikan kondisi jaringan gigi dan gusi pasiennya sebelum menjalani prosedur veneer.

Irma tidak menyarankan pasien untuk mengunjungi tukang atau ahli gigi yang tidak memiliki latar belakang ilmu kedokteran gigi. Tukang gigi, lanjut Irma, seringkali tidak paham struktur jaringan gigi.

"Akibatnya kalau enggak pas, (akan terjadi) kelainan sendi. Buka mulut saja susah. Makanan bisa menumpuk dan menyebabkan bau mulut. Lama-lama terjadi periodontitis (infeksi gusi serius yang merusak gusi dan dapat menghancurkan tulang rahang)," tutur Irma.

Baca juga: Teknologi baru untuk perawatan gigi dan mulut

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019