Jakarta (ANTARA) - Hubungan kerja sama Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) - China telah dimulai secara informal pada tahun 1991. China dikukuhkan menjadi mitra wicara penuh ASEAN pada ke-29 di Jakarta tahun 1996.

Kerja sama kemitraan ASEAN dan China semakin meningkat ditandai dengan diadopsinya berbagai dokumen penting, antara lain, Joint Declaration of the Heads of State/Government of the Association of the Southeast Asian Nations and the People’s Republic of China on Strategic Partnership for Peace and Prosperity pada KTT ke-7 ASEAN-China di Bali, tahun 2003; Plan of Action of the ASEAN-China Joint Declaration on Strategic for Partnership for Peace and Prosperity di Vientiane, tahun 2004 serta Joint Statement of ASEAN-China Commemorative Summit di Nanning, tahun 2006.

Prioritas bidang kerja sama ASEAN dan China meliputi: pertanian, energi, informasi dan teknologi komunikasi (ICT), sumber daya manusia,investasi, transportasi, budaya pariwisata dan kesehatan publik. Para Pemimpin ASEAN dan China pada KTT ke-11 ASEAN-China, di Singapura, sepakat untuk menambah isu "lingkungan hidup" sebagai prioritas bidang kerja sama yang ke-11.

Dalam masa Keketuaan Indonesia di ASEAN, pada 18 November 2011 telah diadakan Commemorative Summit 20 tahun hubungan kerja sama ASEAN-RRT yang bertepatan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke 14 ASEAN-RRT yang menghasilkan Joint Statement of the 14th ASEAN-China Summit.

Dalam KTT tersebut para Pemimpin juga meresmikan ASEAN-China Centre (ACC) yang akan berfungsi sebagai pusat untuk mempromosikan kerja sama perdagangan, investasi, pendidikan dan pertukaran kebudayaan antara ASEAN dan RRT.

Kegiatan utama ACC yang berada di Beijing, antara lain adalah meningkatkan akses produk ekspor ASEAN ke RRT, meningkatkan peluang investasi dan pariwisata RRT ke ASEAN, serta melaksanakan kegiatan yang bersifat people to people interactions. Dalam dua tahun setelah pembentukannya, ACC telah berkolaborasi dengan perwakilan negara anggota ASEAN di Beijing dalam berbagai bentuk kegiatan promosi dagang, investasi, dan pariwisata. Lebih dari 100 kegiatan telah dilaksanakan selama tahun 2013, termasuk pembukaan ASEAN-China Language and Culture Center di Beijing Language and Culture University di Beijing, dan ASEAN-China Product Trade Export Centre di Pusat Grosir Yi Wu, Propinsi Zhejiang.

Sejak berdirinya ACC, volume perdagangan antara ASEAN dan China meningkat. Nilai perdagangan China dengan negara-negara anggota ASEAN selama periode Januari-Oktober 2018 tercatat 3,18 triliun renminbi (sekitar Rp 6.709 triliun).

Nilai perdagangan tersebut naik 13,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017, berdasarkan data dari Badan Bea dan Cukai China.

Badan Bea dan Cukai China (GAC) , menyebutkan bahwa ASEAN merupakan mitra dagang terbesar ketiga bagi China. Dengan Uni Eropa yang merupakan mitra dagang terbesar pertama, China mencatat nilai perdagangan pada periode tersebut sebanyak 3,68 triliun renminbi atau naik 11,3 persen.

Kemudian dengan Amerika Serikat (AS) sebagai mitra dagang terbesar kedua China tercatat 3,44 triliun. Nilai perdagangan dengan AS ini mengalami kenaikan relatif kecil dibandingkan dengan ASEAN dan Uni Eropa karena hanya 7,4 persen selama periode tersebut.

GAC mencatat bahwa total surplus perdagangan China pada Oktober 2018 senilai 233,63 miliar renminbi atau lebih banyak dibandingan dengan bulan sebelumnya yang hanya 213,23 miliar renminbi. Meskipun demikian, selama Oktober 2018 peningkatan impor China lebih tinggi daripada ekspor.

Menurut GAC, impor China naik 26,3 persen dibandingkan Oktober 2017 dan ekspornya hanya meningkat 20,1 persen. Peningkatan impor China pada September 2018 tercatat 17,4 persen, sedangkan ekspornya 17 persen.

Di lain pihak, nilai perdagangan China dengan Indonesia selama periode Januari-Juli 2018 menembus angka 39,32 dolar AS atau naik 33 persen. Total ekspor Indonesia ke China selama periode tersebut mencapai 14,49 miliar dolar AS (naik 34,7 persen) dan total ekspor China ke Indonesia 24,83 miliar dolar AS (naik 32 persen).

Hubungan yang harmonis antara ASEAN dan China tidak terlepas dari peran media dalam mempromosikan hubungan antara China dan Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara.

Sekretaris Jenderal Lembaga Pusat ASEAN-China (ACC) Dehai Chen mengatakan media berfungsi sebagai jembatan untuk mempromosikan kerjasama, maupun pembangunan antara ASEAN dan China.

Media, lanjut Chen Dehai, telah berperan penting dalam menjaga hubungan yang harmonis antara ASEAN dan China.

Chen Dehai mengungkapkan bahwa media juga berfungsi dalam pertukaran budaya dan konektivitas antara kedua belah pihak.

Ia menekankan pentingnya sebuah kerjasama yang kuat antara ASEAN dan China untuk menyelaraskan "the Belt and Road Initiative" dan Master Plan on ASEAN Connectivity 2025.

Selain itu, Chen mengatakan Presiden China Xin Jinping memuji peran media dalam mempromosikan hubungan antara China dan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Presiden Xi Jinping, lanjut dia, mengungkapkan bahwa media dapat memainkan peran yang lebih besar dalam hubungan China dan ASEAN.

Presiden Xi Jinping, ujar Chen, mengharapkan media dapat menyampaikan berbagai kisah tentang bagaimana ASEAN dan China menjaga perdamaian.

Media juga dapat menceritakan kerjasama pembangunan antara ASEAN dan China sebagai upaya untuk memberikan kontribusi yang lebih besar kepada kedua belah pihak di masa yang akan datang.

Chen mengatakan kerjasama ASEAN dan China telah menjadi kekuatan yang penting untuk mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di wilayah itu.

Sementara itu Konsular Departemen Urusan Asia di Kementerian Luar Negeri China Zhixin Zhang mengatakan China berkomitmen untuk menjadi mitra ASEAN dalam pembangunan, perdamaian, keterbukaan, inovasi, maupun konektivitas.

Sangat penting, lanjut dia, untuk memperkuat kepercayaan dan meningkatkan kerja sama di antara kedua belah pihak.

Dalam KTT ASEAN-China ke-21, para kepala negara ASEAN dan China sepakat untuk terus memajukan kemitraan strategis ASEAN-China ke arah kerjasama yang lebih erat untuk masa depan yang saling menguntungkan.

Selain itu, mereka sepakat mempromosikan perdamaian, keamanan dan stabilitas di wilayah, termasuk melalui resolusi damai sesuai dengan hukum internasional, tanpa penggunaan kekerasan, dan dialog ataupun konsultasi di tingkat pejabat tinggi.

Kemudian, memperkuat kemitraan strategis dengan kerjasama yang saling menguntungkan pada integrasi ASEAN dan pembangunan komunitas, termasuk pembangunan kapasitas dan sumber daya, sinergitas rencana induk tentang konektivitas ASEAN 2025 dan "China's Belt and Road Initiative".

Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019