Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Serikat Pekerja (ASPEK) Indonesia menggelar peringatan Hari Buruh Sedunia yang ditandai dengan melaksanakan tasyakuran Sepultura atau Sepuluh Tuntunan Buruh dan Rakyat.

Arena Tenis Indoor Senayan menjadi titik berkumpulnya massa peserta peringatan Hari Buruh di Jakarta, Rabu 1 Mei. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) berencana mengumpulkan 50 ribu peserta di Senayan tanpa melakukan kegiatan long march.

Massa aksi Hari Buruh ASPEK Indonesia berasal dari wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat bergabung dengan massa dari afiliasi KSPI yang lain.

Selain tasyakuran, peringatan Hari Buru ini juga dijadwalkan mendengar pidato Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang mendapat dukungan KSPI sebagai calon presiden pada Pemilu 2019.

Dukungan ini ditandai dengan penandatangan kontrak politik antara Prabowo Subianto dan KSPI yang dinamai dengan Sepultura.

Aksi peringatan Hari Buruh ini dijadwalkan berlangsung mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB dan diakhiri dengan Shalat Dzuhur berjamaah.

Peringatan Hari Buruh tahun ini mengangkat tema besar, yakni Kesejahteraan Buruh dan Demokrasi yang Adil dan Damai.

Terdapat enam isu turunan Hari Buruh 2019 yang diserukan dalam aksi kali ini, yakni :
1. Tolak upah murah, cabut PP 78, naikkan KHL menjadi 84 item.
2. Stop perbudakan berkedok outsourching, pemagangan dan honorer.3. Tingkatkan kualitas manfaat dan layanan BPJS kesehatan dan jaminan pensiun.
4. Turunkan tarif dasar listrik dan sembako,
5. Tingkatkan kesejahteraan guru, tenaga honorer, dan pengemudi ojek online
6. Tegakkan demokrasi yang jujur dan damai. KSPI menyerukan seluruh buruh untuk mengawal form C1.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo bertemu para presiden organisasi buruh dan ketua serikat pekerja di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat Jumat, 26 April 2019.

Dalam pertemuan itu terjadi kesepakatan diantaranya melaksanakan Hari Buruh dengan kegiatan yang damai dan Pemerintah bersama buruh akan merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

 

Pewarta: Sri Muryono dan Laily Rahmawaty
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019