Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian telah melibatkan para pelaku Industri Kecil dan Menengah dalam mengembangkan industri fashion di Indonesia.

Menurut Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih, sepanjang 2018-2019 pihaknya melakukan berbagai kegiatan terkait pengembangan industri fashion muslim yang melibatkan sebanyak 656 pelaku IKM fashion dan 60 desainer.

“Program pembinaan yang kami lakukan ini terintegrasi dari hulu sampai hilir,” jelas dia di Jakarta, Rabu.

Contoh program meliputi yakni link and match industri fashion muslim dengan industri tekstil, bimbingan teknis dan sertifikasi SKKNI,pembangunan kapasitas IKM fashion muslim, serta penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru IKM Busana Muslim.

Selanjutnya, program Moslem Fashion Project (MOFP), berupa kompetisi dan inkubasi bagi startup fashion muslim, penyusunan peta jalan Pengembangan Industri fashion Muslim, serta link and match industri fashion muslim dan desainer.

“Pada 1 Desember 2018 lalu, kami telah melaksanakan launching International Muslim Fashion Festival di Paris,” imbuh Gati.

Menurutnya, industri fashion muslim di Indonesia perlu didorong untuk menerapkan teknologi industri 4.0. Implementasi ini dapat dilakukan pada proses produksi, seperti menggunakan sistem berbasis manufaktur digital.

“Contohnya, penerapan sistem embos dengan teknologi laser berdasarkan perintah dari sistem komputer serta penerapan teknologi artificial intelligence dalam proses pembuatan pola, perencanaan produksi dan pengendalian material,” ungkapnya.

Selain itu, ada teknologi internet of things yang telah dijalankan dalam proses produksi dengan dipasangnya sensor Radio Frequency Identification (RFID) untuk memonitor semua proses produksi. Teknologi lain yang canggih, yakni diterapkannya teknologi augmented reality dan advanced robotics untuk aplikasi proses pemotongan bahan secara otomatis.

“Dengan menerapkan industri 4.0, kami yakin dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas secara lebih efisien, tetapi tanpa mengurangi jumlah tenaga kerja,” tegas Gati.

Keunggulan produk fashion muslim Tanah Air, selain diakui di Kuwait dan Uni Emirat Arab, juga diminati pasar Amerika Serikat, Inggris dan Jepang.

Dalam upaya memacu pengembangan industri fashion muslim di Tanah Air, Ditjen IKM Kemenperin memberi fasilitas berupa booth kepada 30 IKM fashion muslim dari berbagai daerah pada pameran Muslim Fashion Festival Indonesia (Muffest) tahun 2019.

“Kini, Muffest telah menjadi perhatian dan mitra pemerintah dalam mencapai cita-cita bersama tersebut,” imbuhnya.

Muffest digelar pada 1-4 Mei 2019 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center (JCC). Selain Fashion Show, Muffest 2019 akan menghadirkan exhibition (pameran dagang) ritel atau BZC (Business to Customer) dan mengarah pada B2B (Business to Business), fashion presentation, talkshow, seminar, serta kompetisi desain fashion.

“Dalam sesi fashion show, akan hadir beragam gaya busana muslim karya desainer Indonesia, mulai dari konvensional, kontemporer, hingga syar’i yang mengacu pada Indonesia Trend Forecasting 2019/2020 bertema Singularity,” ungkap Gati.


Baca juga: Kemenperin makin fokus jadikan Indonesia kiblat fesyen Muslim dunia

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019