Jakarta (ANTARA) - PT ABM Investama Tbk (IDX: ABMM), perusahaan energi batu bara terintegrasi nasional, menargetkan dapat memproduksi batubara sebanyak 12 juta ton pada 2019.

Produksi tersebut berasal dari tambang PT Tunas Inti Abadi (TIA) di Kalimantan Selatan serta tambang PT Mifa Bersaudara (Mifa) dan PT Bara Energi Lestari (BEL) di Aceh.

"Spesifikasi dan kualitas batubara yang dimiliki Mifa dan TIA masih dibutuhkan oleh sejumlah negara Asia seperti China, India, Vietnam dan Thailand. Kami bersyukur konsumen kami di luar negeri permintaannya masih sangat tinggi," kata Direktur Keuangan ABM Adrian Erlangga di Jakarta, Kamis.

Sejalan dengan menipisnya cadangan batubara di TIA, ABM akan lebih fokus mengembangkan tambang Mifa serta menerapkan proses Mining Value Chain pada tambang lainnya.

Kemudian, ia berkeyakinan bahwa di tahun 2019 industri batubara akan lebih stabil karena perekonomian global yang tetap positif dan kebutuhan batubara di dalam negeri yang meningkat.

Sebagai perusahaan terbuka, ia menegaskan, bahwa strategi Mining Value Chain telah sesuai dengan penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG). Penerapan prinsip GCG ini terutama didasarkan pada lima prinsip dasar yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran.

“ABM akan terus memperkuat sinergi, terutama mendorong bisnis inti kami yaitu CK dan Reswara untuk mampu bersaing dan mengoptimalkan peluang yang sangat terbuka di industri ini,” katanya.

PT ABM Investama Tbk (IDX: ABMM), perusahaan energi batu bara terintegrasi nasional, mengumumkan catatan capaian peraihan laba tertinggi dalam sejarah perusahaan.

"Pembagian dividen ini menjadi salah satu komitmen kami terhadap para pemegang saham yang terus mendukung strategi yang dilakukan perusahaan. Kami juga bersyukur bahwa tahun 2018 ABM berhasil meraih laba tertinggi sepanjang sejarah perusahaan ini berdiri," kata Direktur Utama ABM Andi Djajanegara di Jakarta, Kamis.

ABM investama membagikan dividen sebesar Rp100 miliar atau setara dengan Rp36,32 per lembar saham kepada para pemegang saham. Keputusan ini diambil pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) ABM yang dilakukan di Hotel Veranda, Jakarta.

Sementara itu, Direktur Utama ABM Andi Djajanegara mengatakan, pembagian dividen ini merupakan yang ketiga kali dilakukan perusahaan sejak ABM resmi menjadi perusahaan terbuka dengan mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Desember 2011. Terakhir kali ABM memberikan dividen di tahun 2014 untuk tahun buku 2013.

Andi menjelaskan, keputusan manajemen untuk menjalankan strategi memperkuat bisnis inti melalui Mining Value Chain serta meningkatkan sinergi di antara seluruh entitas Grup ABM menjadi kunci dalam penguatan bisnis perusahaan.

Pada 2018, pendapatan bersih ABM mencapai 773,07 juta dolar AS, tumbuh 11,92 persen dari 2017 sebesar 690,73 juta dolar AS. Sementara laba bersih perusahaan mencapai 65,49 juta dolar AS.

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2019