Deflasi yang terjadi pada komoditas beras, menjadi faktor penahan laju inflasi yang lebih tinggi dari kelompok bahan makanan.
Jakarta (ANTARA) - Inflasi di Provinsi DKI Jakarta pada April 2019 tercatat 0,40 persen, meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,14 persen namun angka tersebut tetap terkendali dalam mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional.

Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran terutama pada kelompok bahan makanan, kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Dengan perkembangan tersebut, katanya, inflasi Januari sampai dengan April 2019 tercatat sebesar 1,05 persen, atau secara tahunan sebesar 3,37 persen, meningkat dari bulan lalu sebesar 3,01 persen, namun tetap mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen.

Hamid Ponco Wibowo menjelaskan meningkatnya tekanan inflasi April 2019 disebabkan oleh lebih tingginya inflasi kelompok pengeluaran bahan makanan. Kelompok ini tercatat mengalami inflasi 0,98 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Maret 2019 sebesar 0,32 persen.

Beberapa pangan strategis yang mengalami peningkatan inflasi adalah bawang merah, tomat sayur, bawang putih, dan cabai merah. Peningkatan inflasi pada komoditas bumbu-bumbuan terutama disebabkan faktor cuaca, yaitu masih tingginya curah hujan, yang mengganggu pasokan.

Di tengah naiknya tekanan harga bumbu-bumbuan, harga beras mengalami penurunan dan mencatat deflasi pada April 2019.

Hal ini sejalan dengan belum berlalunya masa panen di beberapa sentra produksi sehingga pasokan beras yang mengalir ke DKI Jakarta masih dapat mengimbangi permintaan masyarakat Jakarta, dan bahkan ketersediaannya melebihi dari kebutuhan masyarakat Jakarta.

"Deflasi yang terjadi pada komoditas beras, menjadi faktor penahan laju inflasi yang lebih tinggi dari kelompok bahan makanan," katanya.

Sementara kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar pada April 2019 memberikan tekanan yang lebih tinggi pada inflasi di Jakarta. Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,50 persen, meningkat dibandingkan dengan inflasi Maret 2019 sebesar 0,32 persen.

Kenaikan inflasi kontrak rumah pada April 2019 yang lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi salah satu pendorong kenaikan inflasi pada kelompok ini.

Di sisi lain, tarif listrik kembali mengalami deflasi yang merupakan efek dari pemberian diskon bagi pelanggan Rumah Tangga mampu daya 900 VA mulai 1 Maret 2019.

Tingkat inflasi yang lebih tinggi pada April 2019 juga dikontribusikan oleh kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kelompok pengeluaran ini mencatat inflasi sebesar 0,34 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,14 persen.

Meningkatnya inflasi berbagai jenis rokok (rokok kretek, rokok kretek filter, dan rokok putih) menjadi faktor utama meningkatnya inflasi pada kelompok pengeluaran ini. Kenaikan inflasi berbagai jenis rokok tersebut terjadi di tengah cukai rokok yang tidak mengalami perubahan di tahun ini.

Menurut dia, memerhatikan berbagai perkembangan harga di pasar serta bauran kebijakan pemerintah, inflasi pada Mei 2019 dan keseluruhan tahun diprakirakan tetap terkendali.

Pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah strategis untuk mengatisipasi tekanan harga sepanjang Ramadhan dan menjelang Lebaran, terutama bahan pangan.

Pasokan pangan dipastikan tersedia mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama bulan puasa hingga Lebaran.

"Penguatan koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat melalui TPID, dan forum-forum yang ada akan terus ditingkatkan," katanya.

Baca juga: Kenaikan harga sewa rumah picu inflasi DKI Jakarta

Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019