Nairobi (ANTARA News) - Bajak laut membebaskan 22 nelayan dan sebuah kapal kargo berbendera Komoro, yang ditangkap di lepas pantai timur Somalia lebih dari enam pekan lalu, demikian keterangan angkatan laut Amerika Serikat (AS). MV Al Marjan dan awaknya yang kebanyakan orang Asia ditangkap pada 19 Oktober 2007, ketika mereka berlayar ke pelabuhan Mogadishu dari Dubai. "Kapal itu dibebaskan beberapa jam lalu di lepas pantai Somalia tengah," kata komandan Lydia Robertson, juru bicara komando pusat angkatan laut AS di Bahrain, Minggu (2/12). Robertson mengatakan, USS Whidbey Island, sebuah kapal dermaga pendaratan, telah memberikan obat, makanan dan bantuan lainnya pada awak tersebut sejak pembebasan mereka. Andrew Mwangura dari bagian Program Bantuan Pelaut Kenya mengatakan uang tebusan mungkin terlibat. "Kami hanya menunggu untuk mengatakan berapa banyak yang telah dibayarkan," kata Mwangura. Kapal yang meluncur cepat dan menyamar sebagai kapal pencari ikan dan pelayaran telah mendapat jutaan dolar dari korban di jalur pelajaran internasional dalam beberapa tahun belakangan ini, katanya. Robertson mengatakan, kapal tanker Jepang, Golden Nori, yang membawa puluhan ribu ton bensin yang mudah terbakar adalah kapal terakhir yang ditahan oleh perompak di lepas pantai Somalia. Ada 30 kapal yang ditahan dalam sebulan lebih terakhir. Golden Nori diculik pada 28 Oktober dengan 23 awak dari Myanmar, Filipina dan Korea Selatan. Gugus tugas maritim pimpinan-AS yang terdiri atas warga Italia, Belanda dan Inggris sedang melakukan operasi anti-bajak laut di lepas pantai Tanduk Afrika itu. "Pasukan koalisi (akan terus) melakukan operasi keamanan maritim...untuk menjamin keamanan dan keselamatan di perairan internasional agar supaya semua pelayaran komersial dapat beroperasi secara bebas ketika transit di kawasan itu," kata Robertson. Pekan lalu, Organisasi Maritim Internasional minta pemerintah Somalia untuk mengizinkan kapal perang dan pesawat militer asing masuk ke wilayahnya untuk memerangi bajak laut. Menurut teori, embargo senjata PBB 1992 pada Somalia melarang militer asing masuk perairan Somalia. Komandan Keith Winstanley asal Inggris, wakil komandan armada internasional dari 46 kapal dari 20 negara, di lepas pantai Somalia mengatakan tidak mungkin menghentikan perompakan karena kapal yang direbut sering ditahan "di suatu tempat di sekitar pantai Somalia". Perompakan yang menjadi-jadi di lepas pantai Somala berhenti sebentar pada saat pemerintahan keras milisi Islam pada paruh kedua 2006, tapi mulai lagi setelah tentara Ethiopia dan pemerintah Somalia menjatuhkan pemerintah Islam itu akhir 2006. Sejumlah serangan telah terjadi tahun ini di lepas pantai dari 3.700 Km garis pantai Somalia, yang mendorong Biro Maritim Internasional untuk menasehati nelayan agar menjauhi pantai itu. Somalia terletak di muara Laut Merah di rute perdagangan besar antara Asia dan Eropa melalui terusan Suez. Negara itu tidak memiliki pemerintah yang berfungsi sejak jatuhnya diktator Mohamad Siad Barre 1991. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007