Tbilisi, Georgia (ANTARA) - Mantan presiden Armenia, yang dipenjarakan, Robert Kocharyan mengatakan kepada Reuters kekuatan oposisi yang tangguh bersatu untuk menantang pemimpin baru negara bekas Uni Sovyet dalam waktu dekat, dan ia berharap menjadi salah satu dari mereka. Kocharyan, yang menjadi presiden Armenia dari 1998 sampai 2008, ditangkap tahun lalu, dan menghadapi dakwaan bertindak secara melawan hukum dengan memberlakukan kedaraan darurat pada Maret 2008, setelah pemilihan umum yang menjadi sengketa. Sepuluh orang tewas dalam bentrokan antara polisi dan pemrotes.

Mantan presiden yang berusia 64 tahun tersebut ditangkap pada Juli, setelah protes damai menggusur mantan sekutu dan penggantinya, Serzh Sarksyan, dari kekuasaan dan mendongkrak pemimpin oposisi Nikol Pashinyan ke kursi perdana menteri pada Mei tahun lalu.

Banyak pengeritik telah menuduh Kocharyan dan mantan sekutunya menindas demokrasi, koruptor dan salah mengurus negara selama masa jabatan di Armenia, negara yang sangat tergantung atas penanaman modal dan bantuan Rusia.

Kocharyan, yang menulis dari pusat tahanan tempat ia menjalani hukuman, mengatakan kepada Reuters –yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu sore, dakwaan terhadap dia bermotif politik, dan balik menuduh Pemerintah Pashinyan secara bersama menerapkan hukum agar ia tetap mendekam di dalam penjara.

Pashinyan membentuk pemerintahnya di Armenia saat blok politiknya menang dalam pemilihan dini anggota Parlemen pada Desember lalu. Aliansi Langkah Saya, yang mencakup Partai Kontrak Sipil pimpinan Pashinyan, meraih 70,4 persen suara.

Kocharyan mengatakan partai oposisi dan politisi baru bermunculan di Armenia.

“Proses ini tentu saja akan mengarah kepada pembentukan kekuatan politik yang tangguh yang mampu menantang pemerintah dalam waktu sangat dekat,” kata Kocharyan di dalam jawaban tertulis atas pertanyaan yang dikirim oleh Reuters awal pekan ini.

Ketika ditanya apakah ia secara pribadi terlibat dalam kemunculan oposisi, ia menjawab, “Ya, tentu saja.”

Tapi ia tidak memberikan perincian mengenai apa bentuk keterlibatan yang dapat terjadi.

Saat berbicara ke belakang saat protes massa tahun lalu, yang mengakibatkan perubahan kekuasaan di Kaukasus Selatan tersebut, dengan sebanyak tiga juta warga, Kocharyan mengatakan semua itu disebabkan oleh “penumpukan ketakpuasan di dalam masyarakat dan keinginan bagi perubahan”, tapi bukan revolusi.

“Saya takkan menyebutnya revolusi sebab secara mendasar tak ada yang berubah di negeri ini, kecuali kemunculan bagian besar agresi di dalam masyarakat, dan populisme dan kegemaran dalam kepemimpinan,” kata mantan presiden tersebut di dalam jawaban tertulis atas pertanyaan yang telah dikirim Reuters kepadanya.

Kocharyan juga membela keputusan yang ia ambil selama protes 2008.

“Ketenangan dipulihkan hanya setelah diberlakukannya keadaan darurat dan berkat itu,” katanya. “Tidak melakukan itu akan berarti kepasifan resmi di pihak presiden.”

Baca juga: Pemimpin unjuk rasa Armenia Pashinyan jadi PM

Sumber: Reuters

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019