Jakarta (ANTARA) - Sebagian orang mungkin merasa mudah marah atau tersulut emosi negatif ketika lapar saat berpuasa di tengah hari yang terik. Benarkah lapar bisa menyebabkan seseorang mudah marah?
"Iya bisa. Itu memang salah satu efeknya," ujar dokter spesialis gizi dari Rumah Sakit Pelni, dr Jovita Amelia melalui pesan elektroniknya kepada Antara, Kamis.
Kadar glukosa yang turun bisa menjadi salah satu penyebabnya. Saat kadar gula turun tubuh dan otak kekurangan sumber energi untuk bekerja.
"Akibatnya jadi sulit konsentrasi, gampang melakukan kesalahan hingga mudah terpicu emosinya," kata dia.
Di sisi lain, orang-orang yang lapar juga kerap merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti stres hingga rasa benci. Saat kadar gula darah sangat rendah, tubuh mengeluarkan hormon-hormon stres antara lain kortisol dan adrenalin.
Kedua hormon ini biasanya lebih menyebabkan emosi dan respon negatif mudah terpicu.
Di sisi lain, Amanda Salis peneliti dari Boden Institute of Obesity, Nutrition, Exercise and Eating Disorders di University of Sydney dalam laman independent.co.uk, menyebut, rendahnya kadar glukosa juga menyebabkan seseorang sulit bertindak sesuai norma sosial yang berlaku, misalnya membentak.
Selain itu, faktor psikososial juga memiliki peran. Budaya mempengaruhi apakah Anda mengekspresikan agresi verbal secara langsung atau tidak langsung, misalnya.
"Dan karena kita semua berbeda di semua faktor-faktor ini, tidak heran ada perbedaan dalam bagaimana orang marah saat lapar," tutur Salis.
Jovita menambahkan, tubuh manusia mengeluarkan protein lain benama neuropeptide saat lapar. Protein inilah yang berhubungan dengan munculnya kekuatan yang lebih agresif saat lapar.
"Neuropeptide ini memiliki fungsi untuk meningkatkan rasa lapar tetapi juga berhubungan dengan kekuatan yang lebih agresif," tutur dia.
Agar rasa marah tak muncul terutama saat lapar mendera di bulan Ramadhan, Jovita menyarankan Anda mencukupi kebutuhan nutrisi saat sahur, demi menghindari kadar gula turun.
Nutrisi yang Anda perlukan yakni karbohidrat (sebaiknya karbohidrat kompleks) 50-60 persen, protein (15-20 persen) dan lemak (20-25 persen).
"Sahurnya harus maksimal dalam arti yang dapat memberi nutrisi yang baik dan menahan lapar lebih lama sampai waktu berbuka," kata dia.
Baca juga: Saran ahli kesehatan jika masih lapar usai berbuka puasa
Baca juga: Ilustrator Diela Maharani akui lebih sulit tahan emosi saat puasa
Baca juga: Marah Membatalkan Puasa?
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019