Jayapura (ANTARA) - Penggiat AIDS Robert Sihombing mengakui adanya pengidap HIV/AIDS di kawasan Sentani, Kabupaten Jayapura yang meninggal setelah beralih dari ARV ke Purtier Plasenta .
Memang ada laporan tentang adanya pengidap HIV/AIDS yang meninggal karena tidak lagi mengkonsumsi ARV melainkan beralih ke purtier plasenta yang berbahan dasar plasenta rusa.
Namun untuk memastikannya kami masih akan berkoordinasi dengan penggiat lainnya, kata Robert Sihombing dalam keterangannya kepada wartawan di Jayapura, Kamis.
Robert yang didampingi Kepala Dinas Kesehatan Papua dr.Alosius Giay, Ketua IDI Kota Jayapura dr. Samuel Basso, KPAD Papua dr.Anthon Motte, Kabid Penindakan BPOM Papua Buyung dan Kepala Balai AIDS, Tubercle Bacilius (TB) dan Malaria dr. Berry Watori di Jayapura, Kamis mengatakan, dari informasi yang diterima jumlah pengidap AIDS yang sudah beralih dari ARV ke purtier plasenta tercatat 15 orang.
Padahal seharusnya odha (orang dengan HIV/AIDS) tidak melepaskan dan tetap mengkonsumsi ARV karena obat itulah yang direkomendasikan untuk pengidap AIDS.
Sedangkan purtier plasenta hendaknya hanya dijadikan pendamping karena itu hanya suplemen dan bukan obat yang direkomendasi bagi pengidap AIDS, kata Sihombing seraya menambahkan, akan melaporkan temuan tersebut kepada Dinas Kesehatan dan IDI Papua.
Kabid Penindakan BPOM Papua Buyung menegaskan pihaknya memastikan peredaran produk Purtier Placenta yang berbahan dasar dari plasenta rusa ilegal karena produk tersebut belum terdaftar.
Karena belum terdaftar maka BPOM Papua bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Papua akan menarik peredaran produk tersebut, kata Buyung seraya mengaku, memang ada produk Purtier yang sudah memiliki ijin edar dari BPOM namun itu kategori suplemen makanan dan kemasannya berbeda dengan Purtier Placenta. “BPOM memang sudah mengeluarkan ijin edar bagi produk Purtier kategori suplemen makanan dan bulan Purtier Plasenta yang kemasan antar keduanya berbeda, ” kata Buyung.

Pewarta: Evarukdijati
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019