Jakarta (ANTARA News) - Lemari pajang rumah aktor kawakan Deddy Mizwar mesti menyediakan satu tempat lagi untuk menampung penanda penghargaan perfilman. Ia baru saja memperoleh lagi satu Piala Abhinaya sebagai Pemeran Utama Pria Terpilih Festival Film Jakarta 2007 di Jakarta, Sabtu tengah malam, lewat perannya dalam film "Naga Bonar Jadi 2". "Penghargaan ini tidak hanya membuat saya senang, tapi semoga membuat semua orang senang bersama saya," kata Deddy. Bang Haji, panggilan akrabnya, menyisihkan para aktor belia Albert Fakdawer (Denias, Senandung Di Atas Awan) dan Adadiri Tanpalag (Anak-anak Borobudur), aktor pendatang baru Volland Humonggio (Sang Dewi) dan Lim Kai Tong (The Photograph), aktor kampiun dan guru teater senior asal negeri jiran, Singapura. Meski telah mengoleksi beberapa penghargaan supremasi film Indonesia (Piala Citra), sebagai aktor terbaik FFI 1986 lewat film "Arie Hanggara", aktor terbaik FFI 1987 dalam film "Nagabonar", pemeran pembantu terbaik dalam film Opera Jakarta (1986) dan Kuberikan Segalanya (1987), Deddy Mizwar tetap merendah. "Saya bukanlah yang terbaik. Saya hanya kebetulan mendapat kesempatan baik, karenanya saya terpilih. Lain waktu pasti yang lain," katanya. Sepanjang perjalanan kariernya, putra betawi asli itu, telah membintang lebih dari 17 film. Deddy memulai karir di film pada tahun 1976 dalam film Cinta Abadi yang disutradarai Wahyu Sihombing. Puncak karir Deddy muda adalah di film "Nagabonar", namun setelah duapuluh tahun berselang, tampaknya Deddy akan membuat pencapaian tertinggi kedua lewat film sekuelnya, "Nagabonar Jadi 2". Film "Nagabonar Jadi 2" kini juga menjadi film unggulan ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2007 yang akan di gelar di Pekanbaru Riau pada 14 Desember 2007 mendatang. Soal sukses "Nagabonar Jadi 2" di dua ranah -- mendapat penonton terbanyak dan sukses di festival-- suami Giselawaty Wiranegara itu menyatakan itu semata karena anugerah luar biasa dari Tuhan. "Karena sebenarnya tak pernah ada resep khusus untuk membuat sebuah film laris dan sekaligus mendapat apresiasi yang baik di festival. Bahkan Steven Spielberg pun banyak filmnya yang tidak laku di pasaran. Jadi semuanya hanya berdasar asumsi-asumsi," ujarnya. Bagi ayah Senandung Nacita dan Zulfikar Rakita ini, yang penting adalah fokus untuk membuat karya terbaik. "Selanjutnya kita tak harus berharap apa-apa kecuali ridho Tuhan," kata pria yang gencar membuat sinetron religi, seperti "Lorong Waktu", "Kiamat Sudah Dekat", dan "Para Pencari Tuhan" (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007