Jakarta (ANTARA) - Ketua ASEAN SOMY (Senior Official Meeting on Youth) Asrorun Niam Sholeh mengatakan, masyarakat ASEAN memiliki komitmen untuk mempromosikan budaya yang mendorong moderasi guna mewujudkan harmoni.

"Masalah kebencian dan radikalisme yang didasarkan pada agama, etnisitas dan identitas kelompok menjadi keprihatinan kita semua sesama negara ASEAN, dan memperoleh perhatian bersama untuk penyelesaian," kata Niam di sela-sela acara pertemuan Working Group on Culture of Prevention, di Chiang Mai Thailand sebagaimana dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin.

Di samping masalah radikalisme, masalah yang disoroti adalah tentang "cyberbullying" yang sudah pada taraf membahayakan kohesi sosial serta masalah narkotika dan zat adiktif yang membahayakan generasi muda.

"Salah satu solusi yang disepakati adalah mempromosikan nilai moderasi dan membangun literasi di berbagai bidang dan aspek kehidupan sosial kemasyarakatan, serta mencegah merajalelanya hoaks, perundungan berbasis siber (cyberbullying), dan radikalisme. Di samping langkah pencegahan, forum juga menyampaikan perlunya mengambil langkah penindakan," kata Deputi Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI itu.

Selain membahas berbagai permasalahan tersebut, rapat yang dihadiri delegasi seluruh anggota ASEAN ditambah para chairman di lingkungan ASEAN itu juga menilai pentingnya fokus kampanye mempromosikan literasi media untuk memerangi berita bohong (fakenews).

Untuk membangun harmoni dan moderasi di kalangan kaum muda, Indonesia menyampaikan akan melaksanakan pertemuan pemuda antaragama melalui Asean Interfaith Youth Camp.

"Kemenpora siap me-lead kegiatan dialog pemuda antaragama untuk meningkatkan kesepahaman dan meminimalkan kecurigaan serta ketegangan karena perbedaan agama. Insya Allah dilaksanakan di Mataram Juni mendatang", ujar Niam.

Pertemuan Working Group on Culture of Prevention ini dilaksanakan untuk kedua kali, sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat ASEAN yang damai, inklusif, tangguh, sehat, dan harmonis.

Dalam forum ASEAN Summit pada 2017, para pemimpin negara ASEAN mengadopsi ASEAN Declaration of the Culture of Prevention (CoP) for a Peaceful, Inclusive, Resilient, Healthy, and Harmonious Society.

Deklarasi ini menitikberatkan pada inisiatif pemegang kebijakan dan pendekatan partisipatif dalam upaya menjaga perdamaian dan stabilitas di ASEAN.

Baca juga: Pemuda ASEAN pelajari keberagaman budaya dan agama Indonesia
Baca juga: ASEAN sepakat utamakan budaya pencegahan
Baca juga: Indonesia diharapkan memimpin promosi budaya ASEAN

 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019