Jakarta (ANTARA News) - Saat ini diperkirakan sebanyak 6.000 mahasiswa asal Indonesia yang belajar di sejumlah perguruan tinggi di China dari total 145 ribu mahasiswa asing yang menuntut ilmu di negeri tersebut. Ketua Beijing Language & Culture Institute (BLCI) Samuel Wiyono di Jakarta, Sabtu mengatakan, kemajuan China di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu daya tarik banyak siswa dari mancanegara, termasuk dari Indonesia, untuk kuliah di negara Tirai Bambu itu. "Jadi, mereka belajar ke China bukan tanpa alasan, namun karena memang negara tersebut sangat maju, termasuk di bidang ekonominya," katanya di sela Pameran Pendidikan China International Ke-6 di Mangga Dua Square, Jakarta, 15-16 Desember 2007. Selain belajar di universitas dari China, mereka juga banyak menuntut ilmu di perguruan tinggi asing yang membuka kampus pendidikan di negara itu seperti dari Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Dalam pameran pendidikan internasional yang diadakan lembaga pendidikan bahasa Mandarin itu, ditampilkan sejumlah universitas negeri dari China, dan universitas bertaraf internasional yang telah membuka kampus di sana, seperti University of Nottingham (Inggris) yang membuka kampus di Ningbo. Selain itu, Monash College (Australia) di Beijing, Guangzhou dan Shanghai serta Blue Montain Hotel School (Australia) di Suzhou. Pameran tersebut juga menawarkan sekitar 1.000 program gelar sarjana, diantaranya bahasa Mandarin, komputer, desain grafis, arsitektur, bisnis internasional, akuntan , kedokteran hingga aeronautika, mulai dari program diploma, sarjana strata 1 (S1) hingga S3 (doktor). Menurut Samuel, selain kemajuan yang diraih China, alasan mahasiswa asing belajar di sana karena biaya kuliahnya jauh lebih murah dibandingkan kuliah di Inggris, AS, atau Australia maupun Singapura dengan kualitas yang tidak jauh berbeda. Khusus dana untuk mahasiswa dari Indonesia, ucap Samuel akan mendapat bea siswa dari sejumlah universitas negeri di China yang jumlahnya mencapai Rp 4 miliar, diantaranya berupa dibebaskannya biaya asrama selama kuliah disana. Selain itu, mahasiswa asing, termasuk Indonesia yang kuliah di China, akan mampu berbahasa Mandarin dan Inggris secara baik, karena saat kuliah mendapat pengantar bahasa Inggris, sementara lingkungan pergaulan mereka menggunakan bahasa Mandarin. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007