Sumba selalu diguncang gempa karena berada pada batas pertemuan dua lempeng tektonik, yaitu lempeng Indoaustralia dan lempang eurasia
Kupang (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Waingapu, Sumba Timur, Arief Tyastama mengatakan, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), sering diguncang gempa bumi karena berada pada batas dua lempeng tektonik.

"Sumba selalu diguncang gempa karena berada pada batas pertemuan dua lempeng tektonik, yaitu lempeng Indoaustralia dan lempang eurasia," kata Arief Tyastama di Kupang, Rabu.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan faktor yang menjadi penyebab Pulau Sumba hampir setiap hari selalu diguncang gempa bumi.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, selama bulan April 2019, terjadi 292 kali gempa bumi mengguncang wilayah Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Gempa bumi yang terjadi pada bulan April 2019 itu, berdasarkan kekuatan gempa lebih didominasi gempa bumi dengan kekuatan M<4.0 skala richter (SR), yakni sebanyak 267 kejadian atau 91.44 persen dari seluruh kejadian gempa bumi pada bulan April 2019.

Sedangkan berdasarkan kedalaman pusat gempa bumi, katanya, didominasi oleh gempa dangkal dengan kedalaman kurang dari 60 Km (D<60), sebanyak 240 kejadian gempa bumi atau 82.19 persen dari seluruh kejadian gempa bumi selama April.

Dari 292 kejadian gempa bumi pada bulan April 2019 terjadi dua kali kejadian gempa bumi yang dirasakan yaitu pada 9 dan 15 April 2019 yang terasa di wilayah Pulau Sumba.

Mengenai sejarah bencana gempa, Arief mengatakan, pada 19 Agustus tahun 1977, wilayah selatan Pulau Sumba pernah dihantam gelombang tsunami.

Gelombang tsunami yang dipicu gempa berkekuatan 7.0 skala richter (SR) itu, meluluhlantahkan beberapa perkampungan di wilayah itu.

Gelombang tsunami di Selatan Sumba itu juga dirasakan di Pulau Sumbawa dengan  gelombang tsunami sepanjang pantai Pulau Sumbawa setinggi 10 meter.

Dan tinggi gelombang tsunami di pantai Utara Australia enam meter.

Dalam peristiwa tsunami itu, sedikitnya 100 orang meninggal dunia, 75 orang luka-luka dan 89 korban dilaporkan hilang. Korban tersebut termasuk warga Sumbawa.

Kebanyakan korban dan kerusakan akibat bencana itu disebabkan oleh tsunami. ***3***

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019