Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis Making Indonesia 4.0 mampu menjadi jembatan untuk mengantarkan target visi Indonesia 2045 untuk menjadi negara dengan perekonomian kuat keempat dunia.

“Bapak Presiden Joko Widodo sudah meluncurkan program 100 tahun Indonesia merdeka. Pada saat itu, Indonesia ditargetkan menjadi negara yang maju dan sejahtera serta lolos dari middle income trap dan naik level sebagai upper middle income country,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan targetnya, Making Indonesia 4.0 akan mewujudkan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.

“Bahkan, berdasarkan studi dari PricewaterhouseCoopers (PwC), pada tahun 2045 Indonesia akan mampu menjadi negara perekonomian terkuat nomor empat di dunia,” tutur Menperin.

Oleh karena itu, Making Indonesia 4.0, diyakini bakal mendongkrak produktivitas meningkat dua kali lipat. Ini juga turut mengubah orientasi ekonomi saat ini menjadi berbasis inovasi.

“Sekarang ekonomi berbasis pada research, developmentdan design. Untuk itu, dahulu anggaran untuk riset kurang dari satu persen, dan ke depan kita tingkatkan menjadi dua persen,” ungkapnya.

Airlangga menjelaskan, penerapan ekonomi digital yang berbasis pada inovasi, dinilai juga mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional hingga 2 persen dari baselinesebesar 5,6 persen.

“Kemudian diproyeksikan bakal terciptanya lapangan kerja hingga lebih dari 10 juta orang dan kontribusi manufaktur bisa terdongkrak sebesar 25 persen,” terangnya.

Airlangga menyebut, berdasarkan studi McKinsey, pembangunan ekonomi berbasis digital bisa menciptakan pendapatan tambahan pada PDB nasional sebesar 155 miliar dolar AS di tahun 2025.

“Ini new opportunitydari digitalisasi ekonomi. Selain itu, ada tambahan tenaga kerja di sektor industri sebanyak 4,5 juta orang dan di sektor industry related servicemencapai 12,5 juta orang,” ujarnya.

Airlangga menegaskan, Indonesia memiliki sumber daya besar dalam menyongsong era ekonomi digital, yakni adanya masa bonus demografi atau jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibanding usia non-produktif.

“Kita punya golden opportunitytersebut, dan harus dimanfaatkan. Untuk pembagunan Sumber Daya Manusia (SDM) kompeten, pemerintah telah menuangkannya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN),” imbuhnya.

Di samping itu, menurut Menperin, dengan mendorong penerapan ekonomi digital akan melahirkan entrepreneurmuda, yang rata-rata berusia di bawah 35 tahun. Ini terbukti dengan empat unicornyang lahir di dalam negeri hanya dibangun dalam waktu delapan tahun.

“Padahal, pada era revolusi industri ketiga, waktu delapan tahun itu belum mampu profit. Tetapi dengan ekonomi digital, semuanya bisa diperpendek. Ini quantum leaduntuk anak-anak muda kita, perbedaan antara digital dan non-digital,” paparnya.

Baca juga: Menperin: Pengembangan kawasan industri jadi prioritas

Baca juga: Menperin optimistis Indonesia jadi hub manufaktur di ASEAN


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019