Produk tersebut dapat dengan mudah digunakan masyarakat, karena sebelumnya kitosan hanya dibuat seperti serbuk dan disebarkan begitu saja. Karena kurang efektif sehingga perlu dikembangkan.
Kediri (ANTARA) - Dua orang pelajar asal SMAN I Kota Kediri, Jawa Timur, membuat penelitian yakni kitosan dari larva lalat hitam yang diubah menjadi ekstrak untuk mengatasi pencemaran logam berat pada air.

Difani, salah seorang pelajar mengungkapkan penelitian ini berawal dari diskusi yang dilakukan dengan mentor untuk membuat sebuah penelitian yang bisa dimanfaatkan. Untuk itu, dipilih lalat hitam, karena ternyata dari hasil referensi buku, penelitiannya masih belum terlalu banyak.

"Produk ini dapat dengan mudah digunakan masyarakat, karena sebelumnya kitosan kami hanya dibuat seperti serbuk dan disebarkan begitu saja. Menurut kami, itu kurang efektif sehingga kami kembangkan," kata Difani di Kediri, Sabtu.

Dalam penelitian itu, ia bersama dengan Chintya, rekan satu sekolahnya serta mentornya Farid Nugroho. Ia menilai, penelitian ini sangat bermanfaat terutama bagi lingkungan.

"Ternyata tepung larva lalat dapat diolah bermanfaat untuk penyerapan logam. Di laut banyak sampah dari plastik, dan plastik jika berfragmentasi dengan mikroplastik bisa menyebarkan seperti logam berat dan ini berbahaya bagi biota laut," kata dia.

Ia sadar penelitian ini masih harus disempurnakan lagi. Untuk itu, dirinya dengan rekan akan terus berupaya memperbaiki agar hasil penelitian ini semakin baik.

"Jadi setelah ini akan sempurnakan lagi sampai dapatkan hasil maksimal, setelah itu sudah baru siap," kata Difani.

Sementara itu, mentor dari pelajar tersebut, Farid Nugroho mengatakan ia mendorong anak-anak untuk belajar teori karya ilmiah, salah satunya tepung larva lalat hitam dan memang diketahui mengandung protein tinggi, sehingga di dalamnya memungkinkan ada kandungan kitosan yang juga tinggi.

"Kitosan inilah oleh anak-anak kami di ekstrak kemudian bisa diterapkan pada air yang tercemar logam berat," kata dia.

Ia menambahkan, penelitian ini sudah cukup lama. Anak-anak belajar mulai Oktober 2018 hingga muncul analisisnya lalu melakukan pengkajian pada kitosan dan hingga April 2019 baru mendapatkan hasil.

Bahkan, dari hasil karya itu, anak-anak asuhnya telah mendapatkan penghargaan juara dua dalam lomba yang digelar oleh Kementerian PUPR bidang Sumber Daya Air pada kompetisi 26-29 April 2019. Riset tentang kitosan sebagai penyerap logam berat itu dinilai sangat menarik.

Setelah berhasil menjadi juara dua, lalu anak-anak asuhnya itu diajak untuk melakukan modifikasi alat menjadi biofilter secara portabel dan diikutkan dalam lomba yang digelar oleh Youth National Science Fair (YNSF) di Bandung dan mendapatkan spesial award. Penghargaan itu sekaligus tiket keduanya untuk kembali berlaga dalam kompetisi di Malaysia yang akan digelar pada 2020.

"Alhamdulillah pada kegiatan pertama, di Kementerian PUPR anak-anak bisa meraih juara dua tingkat nasional, kemudian selang 10 hari anak-anak kembangkan prototipe dan kami sertakan di kegiatan YNSF bisa meraih penghargaan khusus untuk tiket ke kegiatan internasional di Malaysia," kata dia.

Ia bangga dengan prestasi yang telah ditorehkan itu dan berharap hasil penelitian tersebut bisa memberi khazanah pengetahuan ke masyarakat dari material bahan yang dianggap kurang manfaat untuk dioptimalkan.

"Bahwa pemanfaatan senyawa mampu memberikan alat yang berkontribusi pada pengurangan pencemaran. Ini bisa memberikan solusi bahwa alat yang dibuat bisa bermanfaat, praktis dan bisa digunakan dimana saja," kata Farid. 

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019