Sampit (ANTARA) - Permintaan keranjang parsel di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menurun diduga sebagai dampak larangan bagi pejabat menerima bingkisan dalam bentuk apapun.

"Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, permintaan keranjang parcel tahun ini sangat jauh menurun. Hal itu terjadi karena penjabat pemerintah dilarang menerima hadiah seperti parsel saat Lebaran 2019," kata perajin keranjang parsel, Suryani di Sampit, Minggu.

Menurut dia, menjelang Lebaran tahun sebelumnya dalam sehari dirinya mampu menjual 50 hingga 100 keranjang parsel dalam berbagai ukuran. Namun tahun ini hanya sebanyak 30 hingga 35 unit keranjang yang laku.

Akibat menurunnya pesanan tersebut, perajin hanya membuat sesuai pesanan. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kerugian karena bahan baku rotan saat ini mulai naik.

"Tahun lalu berapapun keranjang yang kami buat selalu habis diborong oleh pembeli. Kalau sekarang kami membuat sesuai pesanan saja. Kami khawatir tidak habis terjual kalau membuat terlalu banyak," terangnya.

Suryani mengatakan, untuk harga keranjang parsel tergantung ukuran. Keranjang berukuran kecil dijual sebesar Rp7.000 per buah, sedangkan yang berukuran besar dijual sebesar Rp65.000/buah.

Pembeli keranjang parsel sebagian besar warga Sampit. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pembelinya berasal dari daerah lain, seperti Kabupaten Seruyan dan Kota Palangka Raya.

Meski penjualan mengalami penurunan, Suryani optimistis usaha yang ditekuninya masih menghasilkan rupiah walau keuntungannya tak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

Kerajinan keranjang parsel merupakan usaha musiman yang hanya banyak dijual menjelang Lebaran, meski pada hari-hari tertentu masih ada yang memesan, namun jumlahnya sedikit.

Jika tidak mengerjakan keranjang parsel, Suryani biasanya membuat kerajinan perabot rumah tangga dengan bahan baku rotan. Usaha tersebut sudah lama ditekuninya dan mampu menopang kehidupan keluarganya.

Baca juga: Permintaan keranjang parsel di Kediri meningkat jelang Lebaran

Pewarta: Kasriadi/Untung Setiawan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019