Inovasi harus terus dilakukan, karena wisatawan tidak akan datang saat kita tidak melakukan inovasi
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Ekowisata Boonpring, tengah menyiapkan berbagai inovasi dalam upaya meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung.

Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kerto Raharjo Samsul Arifin kepada ANTARA mengatakan bahwa dengan tingginya minat wisatawan untuk berkunjung ke Ekowisata Boonpring, diharapkan mampu meningkatkan perekonomian warga sekitar.

"Inovasi harus terus dilakukan, karena wisatawan tidak akan datang saat kita tidak melakukan inovasi," kata Samsul, di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Senin.

Sebagai catatan, Ekowisata Boonpring pada 2018 mampu meraup omzet Rp2,8 miliar dari pengembangan destinasi wisata bertema hutan bambu tersebut. Pengelolaan Boonpring tersebut, pada awalnya disuntik Dana Desa mencapai Rp 470 juta selama dua tahun.

Samsul menjelaskan, inovasi yang dilakukan tersebut, menggunakan pendanaan yang salah satunya bersumber dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, dengan alokasi mencapai Rp1,5 miliar.

Dana yang cukup besar tersebut, nantinya akan dipergunakan untuk pembangunan panggung yang akan menjadi wadah penampilan budaya tradisional, wahana permainan tradisional, dan area yang mengusung konsep pasar tradisional.

"Selain itu, akan disiapkan kedai untuk kelompok Rukun Tetangga, guna meningkatkan pendapatan masyarakat di masing-masing kelompok. Itu semua sesuai dengan cetak biru yang kami siapkan," kata Samsul.

Selain itu, juga akan dibangun jembatan di area Ekowisata Boonpring, termasuk revitalisasi sumber air dengan menyajikan nuansa tertentu, guna menarik minat pengunjung. Saat ini, Ekowisata Boonpring tersebut memiliki setidaknya 75 orang pegawai yang berasal dari warga sekitar.

Namun, dampak ekonomi yang timbul dari adanya Ekowisata Boonpring tersebut, diperkirakan jauh lebih besar, mengingat pengelolaan destinasi wisata tersebut melibatkan warga Desa Sanankerto.

Pada 2018, BUMDes Kerto Raharjo juga telah menyisihkan sebagian hasil keuntungan dari adanya Ekowisata Boonpring, yang dipergunakan untuk membeli tanah seluas 1.860 meter persegi. Di atas lahan tersebut, rencananya akan dipergunakan untuk membuka unit usaha baru.

Unit usaha baru di atas lahan tersebut, diantaranya adalah pertokoan grosir bahan kebutuhan pokok penting, dan bengkel pengelasan. Untuk pertokoan grosir tersebut, BUMDes telah menggandeng beberapa pelaku usaha besar seperti Perum Bulog dan pusat grosir swasta.

Sementara untuk menyiapkan tenaga terlatih bengkel pengelasan tersebut, saat ini tengah dilakukan pembekalan oleh Politeknik Negeri Malang (Polinema) kepada masyarakat yang akan terjun pada unit usaha baru itu.

"Selain itu, nantinya kami juga akan memfasilitasi usaha mikro untuk bisa berjualan di situ. Pertokoan grosir tersebut, diharapkan bisa menyuplai warung-warung di Desa Sanankerto, dengan harga yang lebih murah, supaya toko kecil mampu bersaing," kata Samsul.

Sebagai catatan, Ekowisata Boonpring mulai dikelola oleh BUMDes sejak 2017. Pada saat itu, dalam pengelolaannya, Ekowisata Boonpring mendapatkan suntikan Dana Desa senilai Rp470 juta selama dua tahun.

Namun, pada 2019, pihak pengelola tidak lagi meminta alokasi Dana Desa dikarenakan sudah mampu mengelola keuangan secara mandiri dan berkelanjutan.

 

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019