Jakarta (ANTARA News) - Peneliti Pusat Studi Agama dan Budaya UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, Muhammad Nabil, menilai rencana kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Iran tidak terlalu mendesak. "Lebih baik dibatalkan, 'kan masih ada urusan yang lebih penting di dalam negeri," katanya di Jakarta, Selasa. Beberapa waktu lalu Presiden Yudhoyono pernah mengungkapkan rencana kunjungan ke Iran. Wakil Presiden Iran Fatemeh Vaes Javadi usai bertemu Presiden Yudhoyono di Bali (13/12) juga mengemukakan rencana kunjungan pada 2008 tersebut. Menurut Nabil, tidak ada persoalan dalam hubungan Indonesia dengan Iran. Meski sikap Indonesia pada sidang Dewan Keamanan PBB tidak sesuai yang diharapkan Iran, pemerintah Iran menyatakan hal itu tidak mengganggu hubungan kedua negara. Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah, Alwi Shihab, kepada Presiden Ahmadinejad juga telah menjelaskan perihal sikap Indonesia itu. "Jadi apa urgensinya berkunjung ke Iran," kata peneliti yang juga aktif di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu. Sebelumnya peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Universitas Paramadina, M Asrori juga berpendapat sebaiknya rencana kunjungan Kepala Negara dibatalkan. Asrori menyatakan dirinya memperoleh informasi bahwa kunjungan ke Iran itu akan ditumpangi kepentingan para konglomerat perminyakan dalam membangun kilang minyak di Indonesia, khususnya di Banten. Oleh karena itu, menurutnya, jika kunjungan jadi dilaksanakan perlu dipertanyakan kepentingannya. "Itu riil untuk kepentingan rakyat atau justru untuk kepentingan sesaat para konglomerat yang cuma bisa memanfaatkan kunjungan presiden untuk mencari keuntungan?" katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007