Serang (ANTARA News) - Kepulan asap yang keluar dari Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, Provinsi Lampung, Selasa, sekitar pukul 12.50 WIB, telah mencapai kawasan Pantai Anyer, di Banten, bahkan di pesisir Pantai Anyer dan Carita secara visual terlihat jelas asap yang membumbung tinggi berwana putih kelabu. Kepala Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau, di Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Anton Prambudi, mengatakan, hingga saat ini Gunung Anak Krakatau masih dalam status "siaga III", karena letusan dan kegempaan vulkanik masih terus berlanjut. Kendati status siaga itu sudah memasuki dua bulan sejak ditetapkan tanggal 26 Oktober 2007 lalu oleh Pusat Vulkanologi dan Migitasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, Jawa Barat, namun hingga saat ini statusnya belum diturunkan menjadi "waspada". "Mudah-mudahan letusan dan kegempaan Gunung Anak Krakatau ini tidak berlangsung lama," kata dia pula. Menurut dia, frekuensi letusan dan kegempaan Anak Krakatau diperkirakan meningkat, sehubungan adanya fakta kepulan asap yang telah mencapai Pantai Carita dan Anyer. Namun lontaran batu pijar dari gunung berapi di dalam laut itu, hanya bisa terlihat jelas dari Pulau Rakata (bekas induk Gunung Krakatau yang meletus tahun 1883, red), mengingat kubah kawah yang berada di bukit sebelah selatan. Anton mengakui, dalam beberapa hari ini pihaknya tidak dapat merekam letusan dan kegempaan Anak Krakatau, karena alat pendeteksi gempa atau seismometer dari seismograf yang ada di kawasan gunung itu terkadang mengalami gangguan akibat aki mengalami drop serta panel tenaga matahari yang tertutup debu. Namun petugas di Pos Pasauran, Selasa (25/12), sejak pukul 07.15 WIB sd 12.00 WIB telah mencatat sebanyak 144 kali letusan dan kegempaan vulkanik Anak Krakatau, setelah alat seismometer itu berfungsi, menyusul aki dan solar panel dapat terkena sinar matahari lagi. "Tapi kalau sore hingga malam, terpaksa petugas tidak bisa mendeteksi letusan dan kegempaan Anak Krakatau itu," kata Anton pula.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007