Jakarta (ANTARA) - Minggu sore (12/5), di minggu kedua Ramadhan 1440 Hijriah, Syamsuddin Ilyas, pendiri komunitas Kelas Jurnalis Cilik terlihat di antara puluhan anak-anak nelayan di pesisir Cilincing, Jakarta Utara. Ini pertemuan kedua dari 16 kali pertemuan yang direncanakan dalam silabus Kelas Jurnalis Cilik yang dirancangnya.

Ilyas tidak sendiri, di dua pertemuan tersebut ada dua relawan yang ikut mengajarkan 25 anak nelayan yang duduk di bangku SD dan SMP ini soal dasar-dasar jurnalistik, 5W+1H, teknik wawancara, penyusunan berita hingga cara mengabadikan momen dalam foto.

Jangan membayangkan sebuah ruangan kelas, karena mereka belajar di alam terbuka, di samping sebuah kapal nelayan, ditemani deburan ombak pesisir Cilincing dengan hanya beralaskan terpal berwarna biru dan dilengkapi sebuah papan tulis.

Bersama relawan, Ilyas mengajar di sana sejak pukul 16.00 WIB hingga menjelang azan Magrib dan dilanjutkan dengan membagikan bubur kacang hijau dan air mineral untuk berbuka puasa bersama.

Pria yang pernah belajar di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) dan berprofesi sebagai fotografer lepas ini memang memiliki tujuan tersendiri hingga mau "bersedekah" ilmu jurnalistik pada anak-anak nelayan di pesisir Cilincing.

"Ini untuk mendidik anak-anak dan mengasah mental mereka dengan disiplin ilmu. Konsep awal saya adalah pendidikan sejak dini pada anak-anak pesisir, agar mental dan karakternya lebih terarah," katanya.

Anak-anak nelayan di pesisir Cilincing ini, menurut dia, terbiasa bekerja setelah pulang sekolah. Mereka terlalu sering bergaul dengan orang dewasa, sehingga cara bicara dan ucapannya kasar.

“Mental anak-anak sudah terbentuk dari kenakalannya. Jadi saya ingin memberikan ilmu positif untuk mereka,” katanya.

Ilyas yang memang juga bertempat tinggal di daerah Cilincing ini ingin sekali melanjutkan kegiatan memberikan pengalaman jurnalistik untuk anak-anak di pesisir-pesisir lainnya di luar Jakarta, dengan harapan mereka akan terpacu untuk lebih mendalami bidang ini dan menjadikannya profesi suatu saat nanti.

Ia juga mengatakan tidak ingin anak-anak pesisir utara Jakarta kehilangan cita-cita yang tinggi. Maka dirinya ingin membagi wawasan dan berbagi pengalaman agar generasi nelayan di kampungnya memiliki harapan untuk melihat dunia yang berbeda di kemudian hari.


Menularkan semangat kuli tinta

Kelas Jurnalis Cilik yang dibentuk Ilyas pada 2018, awalnya diikuti 109 anak. Namun lambat laun jumlah muridnya berkurang menjadi 33 anak di periode pertama, dan kini ada 25 anak di periode kedua.

Ilyas mengatakan memang tidak semua nelayan di Cilincing mendukung anaknya belajar ilmu jurnalistik bersamanya. Ada juga orang tua yang menganggap kegiatan itu hanya menyita waktu.

“Andi harus bantu saya bekerja, dan (seharusnya) belajar itu di ruangan kelas bukan di ruang bebas,” kata Yoppy (39), orang tua dari Andi (10) yang mengikuti Kelas Jurnalis Cilik.

Namun ada pula yang beranggapan sebaliknya. Muchsin (42), ayah dari Ali (11) yang juga mengikuti Kelas Jurnalis Cilik justru membiarkan putranya belajar bersama Ilyas dan rekan-rekannya.

“Ya sudah, biarkan saja dia (Ali) mempunyai kemampuan untuk memotret saya ketika bekerja,” kata Muchsin.

Sementara itu, Samsuddin, pendongeng asal Indramayu, Jawa Barat, yang menjadi relawan di Kelas Jurnalis Cilik mengatakan kelas jurnalistik gratis untuk anak-anak nelayan di Cilincing ini tujuan utamanya memang menumbuhkembangkan rasa percaya diri agar anak mau terlibat dalam kegiatan bersama, membangun inisiatif serta memperbaiki sikap dan tata bahasa anak yang terkadang "rusak" oleh lingkungannya.

"Ini komunitas unik. Bagus atau tidaknya kegiatan ini sangat ditentukan dengan pendekatan sumber daya manusianya," lanjutnya.

Sedangkan relawan lainnya, Irna Prihandini, mahasiswi Universitas Paramadina Jakarta mengatakan bahwa Kelas Jurnalis Cilik yang digagas Ilyas ini merupakan wadah tanpa adanya ruang dan sekat. Siapa pun dapat bermain, berbagi, berkumpul di tempat itu.

“Kelas ini merupakan sebuah gerakan yang bagus untuk anak-anak di pesisir utara untuk mendapatkan edukasi tambahan, teman baru, cerita yang menarik dari teman-teman,” kata Irna.

Ia mengharap dengan adanya kelas jurnalis ini anak-anak pesisir Cilincing menjadi lebih berani, tidak takut akan sesuatu hal baru yang didapatkannya suatu saat ini.

Saat pertama kali ikut mengajar di kelas ini, Irna mengaku cukup terhipnotis oleh tempat anak-anak ini belajar, ditambah orang-orang yang terlibat dalam kelas ini juga memiliki solidaritas sangat tinggi.

“Anak-anak di pesisir juga mempunyai mimpi yang tinggi, jadi ini menjadi alasan yang kuat bagi saya untuk terlibat dalam kelas ini,” katanya.

Ia berharap bahwa kelas jurnalis cilik lebih difokuskan lagi untuk menarik perhatian orang-orang dari luar agar mau terlibat, agar anak-anak yang hidup di pesisir Indonesia dapat lebih terarah menggapai masa depannya.

Apa yang menjadi harapan Irna itu ternyata juga menjadi mimpi Ilyas. Kelas Jurnalis Cilik yang digagasnya ini yang sudah memasuki periode kedua diharapkan semakin berkembang menjangkau dan menularkan semangat para kuli tinta kepada anak-anak di pesisir-pesisir lain di luar Ibu Kota.

Baca juga: Anak-anak pesisir Jakarta Utara ngabuburit dengan belajar jurnalistik

Baca juga: Anak nelayan bisa sekolah gratis di politeknik ini

 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019