Banten (ANTARA News) - Masyarakat diimbau untuk turut menjaga setiap buoy, peralatan pendeteksi tsunami yang telah diluncurkan dan dibiarkan mengapung-apung jauh di lepas pantai. "Setelah buoy dilepas di sekitar 100 mil dari pantai tidak ada yang menjaganya. Hanya kesadaran masyarakat yang bisa menjaga buoy tersebut tetap utuh," kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT, Dr Ridwan Djamaluddin di sela "Tsunami Drill" untuk memperingati tiga tahun tsunami Aceh di pantai Selagu, Banten, Rabu. Menurut dia, buoy tsunami selain bisa putus dan hanyut karena kondisi laut yang tidak ramah seperti ombak yang tinggi dan angin kencang, maka bisa juga terganggu oleh aktivitas manusia di laut. Karena bentuknya yang unik, ujarnya, buoy bisa saja menarik perhatian nelayan dan mengira benda tersebut barang tak berguna, apalagi buoy terdiri dari berbagai bahan plastik dan logam. Selain itu buoy juga bisa membuat kapal yang lewat tersangkut. "Kalau ada yang mencoba mengambil antenanya, kita bisa telusuri siapa yang mengambil, karena antenanya memancar ke satelit dan terhubung ke stasiun pemantau. Tapi kami tidak berprasangka buruk," katanya. Karena itu, jika melihat bentuk buoy yang khas terapung di tengah laut, ia meminta masyarakat pesisir yang berlayar di laut agar membiarkan benda tersebut di tempatnya. Namun jika masyarakat melihat kondisi benda tersebut tidak normal, misalnya hanyut lebih jauh dari 500 meter, maka diminta masyarakat agar menghubungi nomor kontak yang ada pada buoy. Buoy tsunami, ujarnya, terdiri atas dua bagian utama yaitu pelampung (buoy) yang ditempatkan di permukaan laut dan Ocean Bottom Unit (OBU) yang diletakkan di dasar laut sekitar 2.000 meter di bawah muka laut. Pemerintah hanya datang mengawasinya sebulan sekali. "Ini demi keselamatan kita bersama, jika sewaktu-waktu terjadi gempa dengan potensi tsunami, khususnya bagi masyarakat pesisir," katanya. Harga pasaran satu unit buoy dan ocean bottom unit-nya. menurut dia sangat mahal, mencapai 500 ribu dollar AS, belum termasuk biaya peluncuran ke tengah laut dengan kapal riset dan biaya perawatan. Buoy kini bisa dipantau oleh lembaga pembuatnya, BPPT, melalui pesan pendek (SMS) apakah masih berfungsi atau tidak.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007