Pangkalpinang (ANTARA News) - Para nelayan di Kota Pangkalpinang saat ini masih takut melaut, karena gelombang tinggi dan hujan lebat disertai badai, sehingga mereka terpaksa mencari kerja sampingan, seperti menjadi pemulung dan kuli bangunan. "Sudah hampir dua minggu ini gelombang tinggi mencapai tiga sampai lima meter disertai angin kencang, sehingga kami takut melaut," kata salah seorang nelayan, Bai Haki (65), warga Kelurahan Kampung Opas Pangkalpinang, Kamis. Menurut dia, gelombang tinggi dan angin kencang serta hujan lebat sering terjadi di perairan Bangka, sehingga nelayan takut melaut. Guna mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya, mereka mencari pekerjaan sampingan, di antaranya menjadi pemulung pingiran sungai dengan mengunakan perahu, dan ada juga yang menjadi kuli bangunan. "Saat ini kami memilih istirahat sambil menunggu cuaca normal kembali, dan untuk mengisi waktu luang kami memperbaiki peralatan menangkap ikan seperti perahu, jaring dan pancing," katanya. Ia mengatakan, apabila dipaksakan melaut akan rugi, karena hasil tangkapan ikan sangat sedikit, dan risiko mengalami kecelakaan di laut sangat besar, seperti yang pernah dialami sejumlah teman-teman mereka yang memaksakan melaut, tetapi kemudian hilang di laut. "Untuk melaut mencari ikan perlu biaya sekitar Rp1.000.000, di antaranya untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) dan upah nelayan yang ikut serta untuk makan selama di tengah laut," katanya. Menurut dia, padahal hasil tangkapan ikan sangat sedikit pada musim sekarang ini. "Jangankan untung, kemungkinan rugi sangat besar," katanya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka, para nelayan bekerja sampingan, seperti menjadi pemulung di laut dan kuli bangunan. "Menjadi pemulung pendapatannya lumayan, karena dalam satu hari bisa memperoleh 10 kg sampai 20 kg barang plastik atau besi-besi bekas. Apalagi setelah lebaran Iduladha banyak barang bekas seperti bekas minuman yang dibuang," katanya. Barang bekas dijual seharga Rp3.000/kg, dan dalam satu hari bisa mendapatkan uang Rp20 ribu hingga Rp50 ribu. "Ini cukup untuk membeli beras, sayur dan biaya sekolah anak," kata Bai Haki. Demikian pula yang dituturkan Ahmad (45) nelayan di Kampung Nelayan I Pangkalpinang, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya, ia beralih profesi menjadi kuli bangunan. "Mau gimana lagi, terpaksa sejak dua minggu terakhir saya alih profesi menjadi kuli bangunan dengan penghasilan sehari Rp40.000," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007