Jakarta (ANTARA) - Kondisi pertokoan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis dini hari, beberapa kerusakan terjadi di gedung perbelanjaan modern pertama yang diresmikan tahun 1946 oleh Presiden Soekarno ini.

Dari pantauan di lokasi, beton konblok jalan di areal parkir Sarinah terlihat tercabut, tembok pondasi pertokoan dibobol, pot dipecahkan, bahkan pot permanen dan Kamera CCTV sudah tidak pada posisinya.

Seorang petugas keamanan Gedung Sarinah Arnold (bukan nama sebenarnya) mengatakan dirinya tidak mengetahui siapa pelaku perusakan, namun dirinya menduga itu dilakukan oleh massa aksi.

"Saya tidak tahu itu mas, posisi saya di belakang tadi, tapi ini tadi kayaknya tadi pas kerusuhan soalnya sebelumnya baik semua kondisinya," kata Arnold.
Kondisi salah satu sudut Pusat Pertokoan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (23/5) dinihari. (Antara/Ricky Prayoga/2019)


Sementara Reja (bukan nama sebenarnya) mengatakan kemungkinan berbagai infrastruktur tersebut digunakan sebagai barang-barang untuk keperluan aksi massa yang berakhir rusuh tersebut.

"Tadi bang pot yang paten aja bisa diangkat dari pondasinya saya juga aneh kuat-kuat mereka," kata Reja menambahkan.

Gedung pertokoan modern Sarinah, memang sejak Rabu (22/5) pagi dalam keadaan tertutup dan tidak ada aktivitas.
Kondisi salah satu sudut Pusat Pertokoan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (23/5) dinihari. (Antara/Ricky Prayoga/2019)

Diketahui, bentrokan antara pihak kepolisian dengan massa aksi sudah  terjadi sejak Rabu (22/5) pukul 20:15 WIB. Bentrokan terjadi setelah pihak kepolisian berupaya membubarkan massa aksi yang masih bertahan di depan gedung Bawaslu.

Kini, Kamis dini hari kondisi di sekitar Bawaslu sudah cukup kondusif, namun massa masih terkonsentrasi di Jalan Agus Salim (Sabang) dan Wahid Hasyim arah Gondang Dia, serta sekitar 150 meter Jalan Wahid Hasyim arah Tanah Abang dari perempatan Sarinah,

Dalam kerusuhan tersebut, warung sate dan pos polisi Jalan Agus Salim (Sabang) samping rumah makan Garuda terbakar, pos polisi yang terletak di tengah persimpangan Sarinah dan dua motor wartawan juga menjadi objek pembakaran massa.

Polisi mengamankan sekitar delapan belas orang yang diduga anggota massa aksi dengan satu orang di antaranya dalam keadaan luka berat yang dimasukan ke mobil tahanan dan mobil medis untuk kemudian diarahkan ke Mapolda Metro Jaya.

Dari informasi yang beredar, satu orang pewarta dari Tagar.id juga ikut diamankan karena dianggap melakukan hal yang berlebihan saat polisi mengamankan anggota massa.

Hingga saat ini belum ada konfirmasi baik dari media yang bersangkutan ataupun pihak kepolisian mengenai kabar tersebut.

Sebelumnya, Polda Metro Jaya merilis sudah ada 257 massa aksi di Bawaslu pada 22 Mei 2019 yang berakhir ricuh, diamankan oleh petugas kepolisian.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019