Jumlah hewan ternak yang divaksinasi akan terus bertambah. Petugas kesehatan hewan masih melakukan penyisiran di dua kecamatan tersebut untuk mengisolir penyebaran antraks
Gunung Kidul (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai melakukan vaksinasi ratusan hewan ternak dengan antibiotik di kawasan Kecamatan Karangmojo, untuk mengantisipasi penyebaran virus antraks yang telah menyerang lima ekor sapi di Desa Bejiharjo pada 8 Mei lalu.

"Kami melakukan penyuntikan hewan ternak pada radius satu kilomter dari Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, yakni di Kecamatan Wonosari," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto di Gunung Kidul, Kamis.

Ia mengatakan jumlah hewan ternak yang dilakukan vaksin di Kecamatan Karangmojo dan Wonosari, terdiri dari 111 ekor sapi, 297 ekor kambing, dan tiga ekor domba. Sementara ini, penyuntikan baru dilakukan di tiga dusun, yakni Grogol 1, Grogol 3 dan Grogol 6.

"Jumlah hewan ternak yang divaksinasi akan terus bertambah. Petugas kesehatan hewan masih melakukan penyisiran di dua kecamatan tersebut untuk mengisolir penyebaran antraks," katanya.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates Bagus Pormadjaja mengatakan wilayah kerja BBVet Wates meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY, dimana saat ini pihaknya melakukan diagnosa ditegakan.

Sejauh ini, tindakan-tindakan sudah dilakukan oleh dinas terkait, sedangkan BBVet melakukan diagnosa dan rekomendasi tertentu yang harus dilakukan.

Yang jelas temuan antraks ini bukan dari Gunung Kidul. Wilayah Gunung Kidul ini sebagai jalur arus lalu lintas hewan ternak dari berbagai daerah yang pernah ada kasus antraks, seperti Blitar dan Pacitan (Jatim), Sragen, Wonogiri (Jawa Tengah) dan Kulon Progo (DIY).

"Otomatis dari lalu lintas itu. Jadi, Pemkab Gunung Kidul harus memperketat lalu lintas ternak keluar dan masuk ke Gunung Kidul," katanya.

Ia mengatakan kasus antraks di Gunung Kidul ditemukan oleh dokter hewan yang melakukan pemantauan penyembelihan sapi. Yang bersangkutan menemukan limpa sapi membengkak. Gejala antraks, yakni adanya pembengkakan limpa kemudian dikirim ke BBVet.

"Yang dikirimnya tanahnya, karena barangnya sudah dijual. Organ dan hewannya sudah dijual, yang diambil sampel tanahnya karena bercampur darah. Itu yang terdeteksi," katanya.

Baca juga: Gunung Kidul akan anggarkan penanganan antraks selama 10 tahun
Baca juga: Distan DIY belum pastikan penyebab kematian lima sapi di Gunung Kidul

Pewarta: Sutarmi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019