Jakarta (ANTARA) - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menduga peristiwa kericuhan di sejumlah tempat di Jakarta pada 21-22 Mei 2019, terencana.

"Kericuhan ini by design, bukan spontan. Karena terbukti ada barang bukti berupa uang yang ditemukan," kata Brigjen Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Kamis.

Selain itu para tersangka pelaku kerusuhan yang ditangkap juga mengakui uang tersebut sebagai imbalan untuk melakukan kerusuhan.

Dedi mengatakan para pelaku ini sengaja menyusup diantara para pendemo yang melakukan unjuk rasa damai di depan Gedung Bawaslu RI. Kemudian mereka sengaja memprovokasi massa pendemo untuk melakukan tindakan anarkis.

Polri pun telah mengamankan sebanyak 300 orang pelaku kerusuhan Jakarta. Mereka sebagian merupakan warga Jawa Barat dan Banten. Ada pula yang kesehariannya sebagai preman di kawasan Tanah Abang.

"Bayarannya (pelaku kerusuhan) Rp300 ribu sehari," katanya.

Saat ini, ratusan orang tersebut masih diperiksa polisi untuk diketahui peran mereka dalam kericuhan yang terjadi pada Selasa (21/5) malam hingga Kamis dini hari.

"Masih diperiksa, dipilah-pilah siapa pelaku lapangan, koordinator lapangan dan aktor intelektualnya," katanya.

Mereka ditangkap di berbagai tempat di Jakarta yakni di kawasan Slipi, Petamburan, MH Thamrin dan Tanah Abang.

Sejumlah barang bukti yang disita dari para tersangka diantaranya kendaraan, uang rupiah, uang dolar, senjata tajam, bom molotov, ponsel, kamera, batu, ketapel dan petasan.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019