Semarang (ANTARA News) - Banjir yang melanda Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, akhir Desember 2007 memaksa sejumlah warga daerah itu mengungsi. Banyak rumah di kecamatan itu terendam air, dengan ketinggian bervariasi mulai 20 centimeter hingga dua meter. Namun, tidak semua warga yang rumahnya terendam bersedia mengungsi dengan berbagai alasan. Jika pun mereka tidak menempati rumah yang terendam, mereka memilih mencari tempat tinggal sementara pada lokasi tidak jauh dari rumah mereka. Mereka memilih tempat-tempat tinggi yang tidak terjangkau genangan banjir. Kawasan yang banyak dituju misalnya tanggul timur Sungai Wulan di Kecamatan Undaan. Kawasan itu menjadi primadona sebagai lokasi pengungsian sementara, karena daerah itu memiliki ketinggian berkisar antara tujuh hingga 12 meter dari Jalan Raya Kudus-Purwodadi. "Kami sekeluarga memang memilih mengungsi di tanggul," kata Supono, warga Undaan Tengah, yang ditemui di tempat mengungsi Rabu. Di tempat mengungsi itu, Supono menjaga ibunya yang sudah tua sambil menjaga sebanyak 16 kambing peliharaannya. Dia beruntung, ada dua kandang kambing di atas tanggul sungai Wulan itu. "Satu kandang dipakai untuk tempat tinggal, satunya lagi untuk menyimpan kambing," katanya. Di kandang itu pula dia menyiapkan peralatan untuk kepentingan masak-memasak. Kandang itu dipermak layaknya rumah tinggal yang nyaman untuk keluarga, dan peralatan elektronik pun di bawanya ke sana, seperti televisi dan alat memasak nasi. Dia juga berbagi ruang di kandang kambing itu dengan dua tetangganya, Zamroni (35) dan Giono (35). Tinggal di kandang kambing bukan tidak direncanakan Supono. Dia, jauh hari sebelum banjir pada 27 Desember, sudah mempersiapkan kandang kambing tersebut sebagai tujuan utama jika terjadi bencana. Ketika perangkat desa mengumumkan mengenai bakal terjadinya banjir di kawasan itu, Supono pun menyiapkan kandang kambing di tanggul itu sebagai rumah sementara. "Ketika tanggul di Undaan Kidul jebol, saya langsung mengungsikan keluarga ke kandang kambing ini," katanya. Rencana menjadikan kandang kambing sebagai tempat mengungsi itu juga didasarkan pada kondisi kesehata orang tuanya yang tidak memungkinkan diajak mengungsi ke tempat yang jauh. "Di sini, saya bisa mengurusi orang tua sambil menjaga kambing," katanya. Berbarengan dengan hari-hari di minggu pertama Januari 2008, dia mulai merapikan perabotan rumah tangga di rumahnya yang masih digenangi air. Air yang menggenangi rumahnya mulai surut, tapi rumah itu belum bisa ditempati. Kini, mereka menunggu air benar-benar surut. Kondisi hampir serupa juga dialami Yatimah (49), warga Undaan Lor. Mengingat kondisi kesehatan suaminya yang menurun dan penglihatannya juga berkurang, dia memilih menempati gubuk reot dari gabus bekas berukuran 2x1 meter sambil menjaga hewan kerbaunya. "Saya lebih tenang tinggal di tanggul sambil menjaga hewan piaraan, dibanding mengungsi," katanya. Apalagi, kebutuhan makan sehari-harinya juga mendapat pasokan empat anaknya yang tinggal di daerah Kecamatan Jati. "Makan dan minum sudah dicukupi anak saya. Bahkan, kedua anak saya yang laki-laki juga ikut menjaga rumah saya yang terendam selama sepekan ini," katanya. Dia sudah membersihkan rumahnya mengingat air mulai surut, dan Jalan Raya Kudus-Purwodadi sudah mulai kering. "Hanya saja, hari berikutnya banjir kembali datang," katanya. Hingga sekarang, sebagian besar rumah di sana masih terendam air, karena rumah-rumah itu berada pada lokasi yang lebih rendah dari permukaan sungai. Sedangkan tanggul Sungai Wulan yang jebol belum selesai diperbaiki. Sejak banjir melanda Undaan, tanggul Sungai Wulan menjadi tujuan utama warga untuk mengungsi. Karena tidak semua warga memiliki kandang semi permanen di atas tanggul, sebagian hanya memasang tenda darurat untuk berteduh. Tanggul yang dapat dimanfaatkan warga tersebut memiliki panjang hingga dua kilometer dari Desa Undaan Kidul hingga Undaan Lor. Puluhan sepeda motor berjajar di sepanjang tanggul, pertanda pemiliknya juga mengungsi di kawasan itu.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008