Kami percaya gejolak politik segera mereda dan aktivitas industri akan kembali berjalan normal
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis sektor industri manufaktur dapat tumbuh lebih agresif pada kuartal II 2019 dibanding periode sebelumnya, karena adanya momentum Ramadhan dan Lebaran.

“Kami yakin lebih tinggi dari pertumbuhan industri pada kuartal I yang mencapai 4,8 persen. Kami berharap bisa mendekati lima persen,” kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar lewat keterangannya di Jakarta, Senin.

Menurut Haris, iklim usaha seusai pemilihan presiden dan anggota legislatif semakin membaik setelah sebelumnya para investor memilih wait and see. Bahkan, menjelang Lebaran, sebagian banyak masyarakat membelanjakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman, serta pakaian.

“Pasca-pemilu kami melihat iklim usaha semakin kondusif. Selain itu konsumsi juga akan meningkat dengan adanya Tunjangan Hari Raya (THR) serta gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil (PNS),” tuturnya.

Ia juga melihat peredaran uang ke daerah pun semakin kencang karena banyak masyarakat yang mudik atau pulang kampung.

"Liburnya panjang, sehingga orang bisa spend (mengeluarkan uang) lebih besar," imbuhnya.

Haris Munandar mengatakan  belum terlihat dampak besar dari aksi massa yang terjadi pada 21-22 Mei 2019 terhadap aktivitas industri nasional.

“Kami percaya gejolak politik segera mereda dan aktivitas industri akan kembali berjalan normal,” ujarnya.

Haris menambahkan pertumbuhan industri manufaktur juga akan terkerek oleh kenaikan investasi. Diproyeksi investasi melonjak pada kuartal II. Keyakinan ini pun mengacu pada tren yang sudah terjadi sejak pemilu tahun 1992.

“Pemerintah terus berupaya menciptakan kondisi ekonomi, politik, dan keamanan yang kondusif bagi para investor, sehingga kinerja investasi di Indonesia yang sudah baik akan semakin meningkat, dan tentunya investasi existing dapat lebih berdaya saing,” paparnya.

Industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang menyumbang cukup signfikan bagi total investasi di Indonesia. Pada triwulan I tahun 2019, industri pengolahan nonmigas berkontribusi sebesar 18,5 persen atau Rp16,1 triliun terhadap realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Adapun tiga sektor yang menjadi kontribusi terbesar PMDN tersebut pada tiga bulan pertama 2019 adalah industri makanan dengan investasi Rp7,1 triliun, disusul industri logam dasar Rp2,6 triliun, dan industri pengolahan tembakau Rp1,2 triliun.

Selain itu industri manufaktur juga menyetor hingga 26 persen atau 1,9 miliar dolar AS terhadap realisasi penanaman modal asing (PMA).

 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019