Sydney (ANTARA) - Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill pada Rabu resmi mengundurkan diri dari jabatannya setelah kehilangan dukungan dari parlemen di tengah kekacauan politik yang berlangsung berminggu-minggu di negara pulau Pasifik Selatan itu.

O'Neill disambut tepukan meriah ketika ia mengumumkan kepada parlemen di Port Moresby, bahwa dirinya telah menyampaikan pengunduran diri kepada Gubernur Jenderal Bob Dadae pada Rabu pagi.

Untuk tidak memperpanjang waktu, O'Neill mengatakan kemungkinan penggantinya akan ditentukan pada Kamis (30/5). Tak lama setelah O'Neill selesai memberikan pengumuman, parlemen menunda sidang hingga Kamis pukul 10.00.

Para pengulas mengatakan kericuhan politik di negara itu bisa menyebabkan proyek-proyek sumber daya menjadi tertunda sementara perusahaan-perusahaan utama energi yang berada di Papua Nugini, termasuk Total SA dan ExxonMobil Corp, mengamati situasi secara seksama.

Negara yang kaya akan sumber daya namun dilanda kemiskinan itu jarang menghadapi kekacauan politik. Namun, kekhawatiran yang meningkat, bahwa keuntungan dari sumber daya tidak dapat dinikmati kalangan masyarakat miskin, telah membuat upaya-upaya untuk menggulingkan O'Neill bermunculan.

"Saya merasa terhormat bisa berbakti pada bangsa dan memimpin bangsa ini selama hampir delapan tahun. Sayangnya, keadaan politik di Papua Nugini berkembang seperti ini," kata O'Neill di depan para anggota parlemen.

"Demi kepentingan menjaga stabilitas politik serta memastikan bahwa kita dapat membangun kepercayaan di mata masyarakat bisnis dan pada bidang ekonomi agar kita bisa terus menciptakan kesatuan masyarakat di negara ini, saya perlu meninggalkan jabatan ini supaya kita semua bisa melanjutkan tugas," katanya.

O'Neill disambut oleh para pendukungnya. Ia juga menyalami para anggota oposisi setelah menyampaikan pidatonya itu di parlemen.

Sebelumnya pada Minggu (26/5), O'Neill menjanjikan akan mundur setelah serangkaian aksi pembelotan terjadi hingga kepemimpinannya kemudian dipertanyakan. Kekuatan mayoritasnya di parlemen juga anjlok.

Pemimpin oposisi Patrick Pruiatch menjadi kandidat utama untuk menggantikan O'Neill.

Parlemen bisa mengganti O'Neill pada hari berikutnya setelah pengunduran diri sang perdana menteri disetujui oleh Dadae.

Sumber: Reuters
Baca juga: PM Papua Nugini mundur setelah pergolakan selama beberapa pekan 
​​​​​​​Baca juga: Indonesia tandatangani perjanjian ekonomi dengan Pasifik Selatan

 
 

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019