Jakarta (ANTARA) - Wartawan yang diposkan di Istana Merdeka pada masa itu sudah sangat biasa menunggu rapat Kabinet Indonesia Bersatu hingga berjam-jam di ruang jumpa pers kepresidenan.

Sidang kabinet yang dipimpin Presiden Susilo Yudhoyono dihadiri Wakil Presiden Boediono dan para menteri atau pejabat tinggi lain memang sering berlangsung hingga waktu yang tidak bisa ditentukan.

Sekali-sekali pejabat-pejabat tinggi itu keluar sebentar dari ruang sidang. Saat-saat itulah wartawan suka mengerubungi mereka, menanyakan apa saja terkait rapat yang tengah berjalan. Ada yang mau memberikan “kisi-kisi”, ada juga yang dengan caranya masing-masing namun sangat cair, menghindarkan diri dari memberi keterangan tidak resmi.

Sambil menunggu itu, ada saja yang dikerjakan wartawan, mulai dari membaca, mengotak-atik gawai, diskusi soal apa saja, sampai sekadar bolak-balik keluar ruangan mengurangi hawa dingin AC yang cukup kuat terasa. Bisa dibilang, situasinya cukup cair dan akrab antara pejabat dan petugas di Biro Pers dan Media, protokol, hingga personel Pasukan Pengamanan Presiden.

Pada saat-saat seperti itulah biasanya “bahan bahasan” mulai bergeser dari ruang inti masalah rapat kabinet, di antaranya apa sih yang dikerjakan Ibu Negara, Ibu Ani Yudhoyono? Maklum, sebagai ibu negara, Ibu Ani bisa dibilang selalu memiliki kesibukan yang mendukung kerja pemerintahan yang dipimpin suaminya.

Kepada wartawan yang bertugas di Istana Merdeka saat itu, dia juga tidak canggung untuk berdialog, bahkan bercanda bersama.

Ada saja yang dia wujudkan dan yang cukup menasional adalah Rumah Pintar. Bersama persatuan istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu, dia menginisiasi dan memotori pendirian rumah-rumah pintar di seluruh Indonesia. Sasarannya jelas, yaitu anak-anak usia sekolah agar makin banyak yang mendapat akses ke dunia pendidikan, makin senang membaca dan menambah khazanah pengetahuan mereka akan dunia sains dan lain sebagainya.

Rumah Pintar yang diinginkan berdiri di seluruh Tanah Air itu bukan semata berurusan dengan bangunannya, melainkan lebih pada isi dan pengelolaan isinya agar lebih dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat.

Rumah Pintar itu pun dibangun di banyak wilayah di Tanah Air, di antaranya di dalam kompleks Kodim 1605/Belu, Atambua, NTT, yang peresmiannya bersamaan dengan reuni akbar keluarga besar Batalion Infantri 744/Satya Yudha Bhakti.

Suaminya, Susilo Yudhoyono, pernah menjadi komandan kedelapan batalion infantri itu saat markas besarnya masih berada di Taibesi, Dili, Timor Timur. Sejak awal 2000-an, markas besar mereka bergeser ke Kecamatan Wedomu, Kabupaten Belu.

Pada saat itulah Yudhoyono memimpin reuni akbar mereka, yang dihadiri para mantan komandan batalion infantri itu dan anggota-anggotanya. Aula besar yang dibangun tidak cukup menampung jumlah peserta yang datang di markas batalion yang dibangun di lembah perbukitan Wedomu, sekitar 8 kilometer luar kota Atambua.

Sebagai salah satu mata acara, peresmian Rumah Pintar di dalam kompleks Markas Komando Kodim 1605/Belu, di Atambua itu juga berjalan lancar. Ibu Ani Yudhoyono sangat antusias dan senang sekali saat itu, menyaksikan anak-anak bergembira belajar bersama dan sama-sama beradu cepat dan sigap menjawab pertanyaan.

"Siapakah presiden Indonesia saat ini?" katanya kepada anak-anak.

Padahal, suaminya ada di ruangan itu, berdiri agak ke samping barisan. Anak-anak berebut menjawab sambil menunjukkan tangannya kepada suaminya yang juga tertawa-tawa. Situasinya ribut dan meriah sekali.

Pada sisi lain dan dalam kesempatan lain, Ibu Ani juga ingin agar Rumah Pintar ini diperluas dan diperdalam lagi spektrum penyebarannya. Jadilah kemudian Perahu Pintar untuk masyarakat di pesisir dan yang lingkungan bermukimnya di sungai-sungai, serta Motor Pintar agar cakupan layanan bisa lebih gesit dan cepat ke permukiman masyarakat.

Dalam satu kesempatan setelah meliput kegiatan Yudhoyono dan rombongan di Bandung, rombongan yang memakai jalan darat melalui Tol Cipularang, bergegas ke kompleks Istana Negara melalui jalan samping. Di dekat bangunan yang dahulunya adalah Bina Graha, Ibu Ani sangat terkesan bahwa purwarupa Motor Pintar-nya sudah jadi.

Dengan kata-kata yang sangat terstruktur, Ibu Ani yang sangat energik itu menjelaskan apa saja terkait Rumah Pintar, Perahu Pintar, dan Motor Pintar. Suaminya yang ada di sampingnya juga menyimak secara seksama, sementara wartawan mencatat dan merekam keterangan-keterangannya.

Kini Ibu Ani tengah terbaring sakit, yang oleh staf pribadi presiden keenam Indonesia Susilo Yudhoyono, Ossy Dermawan, dikatakan pada pukul 17.00 waktu setempat di Singapura hari ini (31-5-2019), Ibu Ani masih dirawat intensif di ICU RS Universitas Nasional Singapura.

“Ini adalah hari ketiga, Ibu Ani berada di ICU untuk menjalani perawatan intensif untuk mengatasi penyakit kanker darah yang dideritanya. Saat ini, Pak SBY beserta keluarga, termasuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Annisa Larasati Pohan serta Edhie Baskoro Yudhoyono (EBY) dan Aliya Rajasa masih terus mendampingi Ibu Ani di ruang ICU, termasuk para cucu-cucu lengkap berada di Singapura,” menurut keterangan itu.

Terkait dengan kondisi medis, kata Dermawan, tentunya tidak dapat memberikan keterangan secara detail karena ini merupakan domain dari dokter dan rumah sakit.

Yang terpenting, SBY beserta keluarga berterima kasih atas segala doa dan dukungan yang diberikan oleh seluruh rakyat Indonesia kepada Ibu Ani. Semoga doa dan dukungan yang diberikan akan dikabulkan oleh Allah Swt., Tuhan Yang Mahakuasa sehingga Ibu Ani dapat segera sembuh.

SBY dan keluarga juga berterima kasih kepada para sahabat yang berniat menjenguk Ibu Ani di NUH Singapura. Pak SBY dan keluarga menyampaikan permohonan maaf apabila beliau belum dapat menemui para sahabat yang datang ke Singapura saat ini dikarenakan masih harus berkonsentrasi untuk mendampingi Ibu Ani di ICU.

Doa dipanjatkan demi kesembuhan Ibu Ani, yang terlahir dengan nama Kristiani Herrawati dan putri pertama pasangan almarhum Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Sarwo Edhie Wibowo dan Sri Sunarti Hadiyah.

Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019