Ujoh Bilang, Mahulu (ANTARA) - Kapal barang dan penumpang rute Long Bagun (Kabupaten Mahulu) ke Samarinda dan sebaliknya, dalam beberapa hari terakhir terus dipadati pemudik yang ingin ke Tenggarong maupun ke Samarinda, menggambarkan bahwa angkutan lewat Sungai Mahakam ini masih diminati.

"Meski agak lama perjalanan dengan kapal, namun saya suka suasananya seperti banyak pemandangan yang saya nikmati, budaya masyarakat sepanjang perjalanan sungai, hingga suasana keakraban dengan penumpang lain," kata Yulius, salah seorang penumpang dari Mahulu, Minggu.

Setiap hari kapal kayu dari Mahulu selalu bergantian ke Samarinda. Begitu pula sebaliknya, dari Samarinda ke Mahulu pun selalu bergantian. Ada puluhan kapal- kapal yang siap membawa penumpang dan barang dari hulu ke hilir atau sebaliknya, antara lain KM Akbar Amanda dan KM Nurhasanah.

Di hari biasa, ujar Yulius yang kerap naik kapal rute Samarinda-Mahulu ini, paling ada puluhan penumpang yang ingin ke Samarinda, namun mulai 10 hari menjelang lebaran hingga H-2, penumpang biasanya penuh dengan jumlah lebih dari 100 penumpang. Mereka menempati los di lantai dua maupun di dek bawah.

Biaya naik kapal Mahulu-Samarinda bervariasi antara Rp200 ribu hingga Rp300 ribu per orang, tergantung jenis kapal dan dan di mana penumpang ambil posisi. Jika di dek bawah, maka dikenakan biaya Rp200-Rp250 ribu, tapi jika di lantai dua yang disiapkan kasur seukuran manusia dewasa, dikenakan biaya Rp250-Rp300 ribu per orang.

Lama perjalanan antara Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Mahulu, ke Samarinda sekitar 28 jam, yakni berangkat dari Ujoh Bilang sekitar pukul 08.00 pagi, maka akan tiba di Pelabuhan Sungai Kunjang, Samarinda sekitar pukul 12.00 siang keesokan harinya, alias hanya satu malam di perjalanan.

Sedangkan dari Samarinda ke Long Bagun, waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama hingga mencapai 55 jam alias tiga hari dua malam. Perbedaan waktu tempuh yang cukup menyolok antara mudik (Samarinda-Mahulu) dan milir (Mahulu-Samarinda) karena dipengaruhi dua faktor.

Pertama adalah ke arah hulu harus melawan arus sehingga perjalanan lebih lambat. Kedua adalah barang yang diangkut dari Samarinda ke Mahulu cukup banyak, terutama bahan pangan.

Apalagi komoditas yang diangkut tersebut harus berkali-kali diturunkan di sejumlah rakit (dermaga sementara) di sejumlah desa, sehingga membuat perjalanan terhambat, terutama jika barang yang diturunkan cukup banyak yang menyebabkan waktu sandar lebih lama. Berbeda jika ke Samarinda yang selain mengikuti arus juga karena tidak banyak barang yang diangkut.

"Jalan darat Samarinda - Kutai Barat belum tembus ke Mahulu, makanya barang-barang dari Samarinda masih diangkut pakai kapal. Sedangkan penumpang seperti saya yang lebih suka pakai kapal ketimbang speedboat yang dilanjutkan dengan mobil, karena di kapal bisa sambil istirahat," ucap Yulius.

Pewarta: M.Ghofar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019