Jakarta (ANTARA News) - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) hingga 31 Desember 2007 telah memberikan persetujuan investasi setidaknya kepada 17 perusahaan yang bergerak dalam pengembangan biofuel dengan nilai Rp7,67 triliun. Sekretaris Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati Evita H Legowo di Jakarta, Selasa, mengatakan, investasi itu terdiri dari 10 perusahaan penanaman modal asing (PMA) dan tujuh penanaman modal dalam negeri (PMDN). "Mereka adalah perusahaan yang berinvestasi biofuel dalam jumlah besar," katanya. Ke-10 perusahaan PMA dengan total investasi Rp3,42 triliun adalah PT Pelita Agung Agri Industri senilai Rp626 miliar di Riau, PT Murini Samsam Rp515 miliar di Riau, PT Darmex Biofuel Rp423 miliar di Jabar, PT Sari Dumai Sejati Rp422 miliar di Riau, dan PT Eternal Buana Chemical Energi Rp399 miliar di Banten. Selain itu, PT Eterindo Nusa Graha Rp357 miliar di Jatim, PT Ciliandra Perkasa Rp293 miliar di Riau, PT Mitra Puding Mas Rp146 miliar di Bengkulu, PT Anugrah Inti Gema Nusa Rp123 miliar di Jatim, dan PT Bina Fitri Jaya Rp115 miliar di Riau. Sedang, PMDN yang telah memperoleh persetujuan BKPM dengan nilai total Rp4,25 triliun adalah PT Adi Sakti Persada di Jambi senilai Rp709 miliar, PT Bumi Sriwijaya Abadi di Sumsel Rp709 miliar, dan PT Bio Energi Mas di Riau Rp611 miliar. Selain itu, PT Bio Ekatama Abadi di Sumut Rp575 miliar, PT Biomestika Abadi di Sumut Rp575 miliar, PT Nabati Energi Mas di Sumut Rp570 miliar, dan PT Indo Lampung Buana Makmur di Lampung Rp500 miliar. Evita juga mengatakan, sampai 31 Desember, realisasi penanaman singkong sudah mencapai 52.195 ha dari target tahun 2010 782.000 ha dan tebu terealisasi 400.100 ha dari target 2010 698.000 ha. Realisasi penanaman tersebut di antaranya dilakukan PT Sungai Budi di Lampung 25.000 ha, PT Medco di Lampung seluas 10.000 ha, PT Molindo di Lampung 10.000 ha, dan PT Sampurna di Pawonsari 10.000 ha. Sedang, realisasi tebu di antaranya PT RNI bersama PT Perkebunan Nusantara 2, 7, 8, 9, 10, 11, dan 14 di Sumut, Lampung, Sulsel, dan Jawa 320.000 ha, Grup Sugar di Lampung 70.000 ha, dan Grup Salim di Sumsel 10.000 ha, Untuk pohon jarak, lanjut Evita, sudah terealisasi 121.000 ha dari target 2010 1,54 juta ha dan kelapa sawit 10.000 ha dari target 3,43 juta ha. Ia juga mengatakan, realisasi produksi bioetanol sampai 31 Desember mencapai 135.000 kiloliter per tahun. Produksi tersebut di antaranya dihasilkan Grup Sugar 70.000 kiloliter dan PT Molindo Raya Malang 50.000 kiloliter. Sedang, kapasitas terpasang pabrik biodiesel mencapai 1,55 juta kiloliter. Kapasitas terpasang terbesar dihasilkan Grup Wilmar 990.000 ton per tahun, selanjutnya PT Eterindo 240.000 ton, PT Indo Biofuels Energy 100.000 ton, PT Dharmex 100.000 ton, dan PT Sumiasih 100.000 ton. "Untuk pom bensin yang menjual biofuel tercatat 265 unit dengan perincian 228 biosolar, 36 biopertamax, dan satu biopremium. Serta, kapasitas terpasang pembangkit biofuel mencapai 96 MW," ujarnya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008