Aktivitas ibadah sunah diganjar senilai ibadah wajib, sementara ibadah wajib membuahkan pahala berlipat-lipat
Biak (ANTARA) - Khatib Ustadz Masyhudi mengajak umat Islam di Kabupaten Biak Numfor untuk istikamah mengimplementasi nilai-nilai ibadah Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari sehingga meraih predikat orang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

"Idul Fitri kembali kepada kemurnian dan kesucian berarti kita kepada suasana yang bersih terlepas dari dosa dan kesalahan," katanya pada Shalat Idul Fitri 1440 Hijriah di Lapangan Hanggar Cenderawasih Lanud Manuhua Biak, Rabu.

Puasa Ramadhan yang baru saja dijalani umat Islam, katanya, membentuk kemampuan setiap umat dalam mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan kesucian.

Ia mengatakan "ibadah shiyam" dapat membentuk jati diri Muslim yang paripurna.

Iman dan takwa itu, kata dia, dibuktikan manusia dengan senantiasa berpegang teguh kepada petunjuk-Nya serta melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Ia mengatakan setiap orang yang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan sesuai dengan petunjuk Al Quran dan Al Sunnah akan terlepas dosa dan kesalahannya sehingga menjadi suci kembali, seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya.

"Kesucian yang telah kita peroleh dengan susah payah di Bulan Ramadhan, hendaklah terus dipertahankan sampai bulan-bulan berikutnya dengan meningkatkan iman dan takwa kita serta bertakarub kepada-Nya dengan tunduk dan patuh menjalankan perintah-Nya," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa Idul Fitri tiba ketika umat Islam telah menjalankan ibadah wajib puasa Ramadhan selama satu bulan penuh.

Sepanjang Bulan Suci Ramadhan tersebut, kata dia, umat Islam menjalankan ibadah puasa menahan lapar, haus, hubungan seksual, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa, mulai terbit fajar hingga matahari terbenam.

"Ramadhan merupakan arena kita berlatih menahan diri dari segala macam godaan material yang bisa membuat kita lupa diri," ujarnya.

Ia mengatakan menjalankan puasa ibarat pekan ujian nasional bagi siswa sekolah. Selama seminggu itu para murid digembleng untuk belajar lebih serius, mengurangi jam bermain, dan menghindari hal-hal lain yang bisa mengganggu hasil ujian tersebut.

Ia mengatakan Ramadhan tentu lebih dari sekadar latihan, tetapi wahana penempaan diri sekaligus saat-saat dilimpahkan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka.

"Aktivitas ibadah sunah diganjar senilai ibadah wajib, sementara ibadah wajib membuahkan pahala berlipat-lipat," ujarnya.

Setelah melewati peristiwa penting sebulan penuh itu, katanya, umat Islam berhak mendapatkan hasilnya.

"Apa hasil itu? Jawabannya tak lain adalah predikat takwa, sebagaimana terdapat di al-Baqarah ayat 183," katanya.

Ciri orang bertakwa, menurut Masyhudi, memaafkan kesalahan orang lain dalam hubungan dengan sesama manusia.

Sepanjang Ramadhan, katanya, umat Islam dianjurkan memperbanyak permohonan maaf kepada Allah SWT atas segala kesalahan dan dosa. Hal itu, sebagai keistimewaan Ramadhan.

"Dengan mempertahankan kelestarian iman dan taqwa, kita meniti jalan yang lurus untuk mencapai keridan Allah SWT, keridaan yang senantiasa didambakan oleh setiap manusia yang beriman," katanya.

Untuk menuju keridaan yang agung dan luhur itu, kata dia, harus ditempuh dengan melaksankan ibadah dan amal saleh secara ikhlas dan jujur, sesuai dengan ikrar dalam doa iftitah yang dibaca pada saat awal melaksanakan shalat.

Pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah di Lapangan Hanggar Cenderawasih dihadiri sekitar 10.000 umat Muslim dengan imam Ustadz Abdul Wahid. Shalat Id di tempat itu berlangsung khitmad dan lancar.
 

Pewarta: Muhsidin
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019