Batam (ANTARA) - Kota Batam dibangun dengan semangat pembangunan Kota Madinah, sesuai dengan visi dan misi pemerintah sejak berpuluh tahun yang lalu, untuk menjadikan Batam sebagai Bandar Kota Madani.

Hal itu diingatkan khatib Shalat Idul Fitri Lukman Rivai di Dataran Engku Putri Kota Batam, Kepulauan Riau, Rabu.

Madani, kata dia, berasal dari kata Madinah. Untuk menggapai visi dan misi menjadi Bandar Kota Madani, maka pemimpin hendaknya menjadikan cara Rasulullah dalam membangun Kota Madinah.

"Renungkan teladan nabi dan Muslimin dalam membangun Madinah saat itu. Madihan yang dibangun oleh komunitas unggulan, sarat kebajikan yang kalau diteladani masih relevan hinga sekarang," kata dia.

Terdapat lima hal yang perlu diteladani dalam pembangunan Kota Madani.

Pertama, yang paling awal dilakukan Nabi  dalam membangun masjid sebagai pusat pembinaan akhlak umat, pilar utama pembangunan kota, yang sampai sekarang tetap dipelihara sebagai peradaban umat.

Shalat jamaah di masjid, memiliki sejumlah nilai kebaikan, di antaranya mengajarkan etika memilih pemimpin, mengoreksi pemimpin sekaligus mekanisme penggantian pemimpin.

"Masjid sebagai pusat pembangunan iman dan takwa. Seandainya penduduk negeri beriman dan bertakwa pada allah, akan diberikan keberkahan dari langit dan bumi," kata dia.

Kota madani, harus berlandaskan religi, dan hal itu juga dilakukan pemerintah kota Batam dengan terus memperhatikan mubalig, imam.

Kemudian, kota madani juga membangun persaudaraan, tanpa diskriminasi. Perbedaan pendapat dijadikan rahmat semangat kritis dan kompetitif. Di kota manadi, dibudayakan islah, tabayun, tidak menghina, buruk sangka, mencari kesalahan orang lain dan memfitnah.

"Muslim itu adalah apabila orang lain semangat dari gangguan lidah dan tanganya. Bukan madani bila mengumbar berita bohong, aib, mengadu domba," kata dia.

Yang ketiga, Madinah dibangun dengan dialog dan kesepakatan di tengah kebhinekaan. Saat dibangun, Madinah terdiri dari berbagai elemen masyarakat dan suku. Juga terdapat penganut agama lain. Rasul membangun kesepakatan dengan mereka, tidak boleh ada paksaan dalam agama.

Lalu keempat, pembangunan dilakukan dengan kekuatan ekonomi. "Kalau masjid tempat beribadah, maka pasar pusat ekonomi, melalui perdagangan yang tata caranya diatur," kata dia.

Tanpa kekuatan ekonomi, maka sulit membangun kota, sulit mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Dan yang terakhir, Rasul mendambakan perdamaian, dan tidak akan menempuh perang, selama bisa dirundingkan. "Beliau ajak nonmuslim menjaga keamanan Madinah dari musuh mana pun. Tidak pernah pilih perang, kecuali terpaksa untuk membela agama dan kepercayaan," kata dia.

Baca juga: Warga "mudik" ke Kampung Akuarium sambung silaturahim

Baca juga: 100 personel gabungan Polri/TNI amankan shalat Id di Tolikara

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019