Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Kamis sore, terpuruk mendekati level Rp9.500 per dolar AS, akibat gejolak pasar domestik yang menimbulkan kekhawatiran Indonesia pada suatu saat akan mengalami krisis pangan. Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.443/9.445 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.390/9.445 per dolar AS atau melemah 53 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan gejolak pasar domestik yang menimbulkan kekhawatiran semakin kuat sehingga menekan rupiah terpuruk sangat tajam sebesar 53 poin. Gejolak domestik yang negatif itu didukung pula oleh gejolak global, akibat krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa yang berlanjut ke Jepang, katanya. Menurut dia, kondisi ekonomi dunia sekarang ini lebih merupakan cerminan dari kondisi Amerika dan Eropa karena mereka mengalami kelesuan atau bahkan krisis pembiayaan. Namun, kondisi itu tidak berarti langsung berpengaruh ke Indonesia karena selama ini perkembangan berbagai indikator menunjukkan kondisi yang baik, kataya. Rupiah, lanjut Kostaman Thayib, sepanjang pekan ini terpuruk sejalan dengan memburuk indeks harga saham gabungan yang turun dari 2.830 menjadi 2.615 poin. Namun rupiah sedikit agak lega, apabila bank sentral AS (The Fed) kembali menurunkan suku bunganya, untuk memicu pertumbuhan ekonomi yang semakin melambat. The Fed diperkirakan akan kembali menurunkan bunga Fedfund, setelah sejumlah data indikator ekonomi AS cenderung merosot, tuturnya. Kondisi ini mengakibatkan dolar AS makin terpuruk hingga di level 106 yen yang diperkirakan akan terus melemah hingga di bawah angka 100. Kenaikan yen yang berlanjut kemungkinan tidak disukai Jepang yang mengakibatkan produknya di pasar ekspor kurang kompetitif, kata Kostaman. (*)

Copyright © ANTARA 2008