Kontrak emas naik 3,4 dolar AS atau 0,25 persen menjadi 1.346,10 dolar AS per ounce
Chicago (ANTARA) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange terus menguat untuk sesi kedelapan berturut-turut pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), menyusul pertumbuhan lapangan kerja AS yang lebih lemah dari perkiraan dan penurunan dolar AS.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus naik 3,40 dolar AS atau 0,25 persen, menjadi menetap di 1.346,10 dolar AS per ounce.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa perusahaan-perusahaan AS menambahkan hanya 75.000 pekerjaan pada Mei, jauh lebih rendah dari yang diperkirakan kebanyakan ekonom.

Data terbaru menunjukkan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi dan akan membuat Federal Reserve AS lebih mudah untuk memotong suku bunga acuannya, kata para analis, dikutip dari Xinhua.

Akibatnya, indeks dolar AS, ukuran greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, turun 0,52 persen menjadi 96,54 menjelang penyelesaian perdagangan emas berjangka.

Ketika dolar AS turun, emas biasanya naik karena emas yang dihargai dalam dolar AS menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain.

Emas sebagai salah satu aset safe haven juga menarik para investor untuk memarkir dana-dananya di tengah kekhawatiran berlanjutnya ketegangan perdagangan.

Presiden Donald Trump mencuit bahwa jika tidak ada kesepakatan dicapai segera dengan Meksiko tentang masalah imigrasi, Amerika Serikat akan mengenakan tarif 5,0 persen pada barang-barang Meksiko mulai Senin (10/6/2019).

Ancaman Trump menambah kekhawatiran tentang melambatnya pertumbuhan global dan mengangkat daya tarik emas sebagai salah satu aset safe haven.

Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 12,6 sen AS atau 0,85 persen menjadi ditutup pada 15,031 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 2,40 dolar AS atau 0,3 persen, menjadi menetap di 806,10 dolar per ounce.

Baca juga: Harga emas terus menguat, ditutup 1.342,7 dolar per ounce

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019