Kebanyakan wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata sejarah perjuangan di Yogyakarta itu merupakan rombongan keluarga yang berasal dari luar Yogyakarta dengan rata-rata kunjungan harian mencapai 1.000-1.500 pengunjung.
Yogyakarta (ANTARA) - Monumen Jogja Kembali (Monjali) di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dikunjungi sekitar 6.000 wisatawan sejak H+2 Lebaran 2019.

"Akumulasi mulai H+2 lebaran sampai sekarang jumlah pengunjung di angka 6.000-an," kata Kepala Pemandu dan Pemasaran Monumen Jogja Kembali, Abdul Rauf di Yogyakarta, Minggu (9/6).

Menurut Rauf, kebanyakan wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata sejarah perjuangan di Yogyakarta itu merupakan rombongan keluarga yang berasal dari luar Yogyakarta dengan rata-rata kunjungan harian mencapai 1.000-1.500 pengunjung.

"Ada peningkatan sedikit kalau dibandingkan lebaran tahun lalu karena saat ini berbarengan juga dengan liburan sekolah," katanya.

Untuk meningkatkan daya tarik bagi wisatawan, Manajemen Monjali pada lebaran tahun ini menyuguhkan rest area baru yang didukung dengan sejumlah mainan tradisional, seperti egrang, gamparan, teklel bakiak, dan permainan labirin. "Kami juga menghibur para wisatawan dengan pertunjukan musik yang seluruhnya dapat dinikmati secara gratis," kata dia.

Rauf menargetkan jumlah pengunjung di Monjali mampu mencapai 10.000 sampai momentum lebaran usai. Jumlah itu, kata dia, akan efektif mendukung pencapaian target kunjungan selama 2019 yang dicanangkan sebanyak 320.000 orang.

"Khusus lebaran ini jam operasional museum juga fleksibel dari biasanya jam setengah lima sore sudah tutup," kata dia.

Meski kunjungan meningkat, tarif tiket masuk Monjali hingga saat ini tidak ada kenaikan atau masih tetap Rp10.000 per orang, baik untuk wisatawan domestik maupun mancanegara.

Dia menyebutkan jumlah koleksi benda bersejarah yang ada di Monjali hingga saat ini belum ada penambahan, yakni sekitar 1.000 koleksi.

Berbagai koleksi itu termasuk diorama andalan yang secara keseluruhan menggambarkan situasi saat perang kemerdekaan sekitar 1945-1949 hingga Yogyakarta menjadi Ibu Kota Republik Indonesia.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019