Pontianak (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi  Kalimantan Barat ikut  turun tangan dengan melakukan pengecekan kesehatan beruang madu jantan di Sinka Zoo, Tanjung Bajau Singkawang, menyusul viralnya kondisi beruang madu yang sangat kurus di salah satu pengguna media sosial Twitter, bernama Adhtybrty.

Pengecekan dilakukan  Plh Ka Seksi Konservasi Wilayah III Singkawang bersama tujuh petugas terdiri dari Polhut, pengendali ekosistem hutan (PEH), serta dokter hewan, Selasa.

"Pengecekan yang dilakukan guna mengecek kebenaran informasi yang sempat viral di medsos tersebut. Hasil pengecekan kami di lapangan, memang kami lihat kondisi beruang madu tersebut sangat kurus, namun, untuk mengetahui apa yang menyebabkan kondisi beruang madu tersebut kurus, bisa meminta penjelasan langsung kepada dokter hewan mengenai kondisi kesehatan daripada beruang madu tersebut," kata Plh Kepala Seksi Wilayah III Singkawang, Syamsi di Singkawang.

Pada kesempatan yang sama, Dokter Hewan yang bertugas di Kantor Seksi Wilayah III Singkawang, Chanda Preanger mengatakan, berdasarkan hasil inspeksi yang dilihat dari gejala klinis memang terjadi kekurusan pada beruang madu yang viral di medsos.

"Setelah saya komunikasikan ke kipernya memang tidak ada perubahan pada pola makan dan sebagainya mengenai kondisi beruang madu yang dari awal dititipkan sejak tahun 2008 lalu," katanya.

Menurut penjelasan kiper hewan di lokasi, beruang madu ini merupakan perpindahan dari kebun binatang Pontianak dengan kondisi yang sudah mengkhawatirkan.

"Sehingga perpindahannya dari kebun binatang Pontianak ke Sinka Zoo Singkawang sampai sekarang tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Namun dengan kondisi yang sekarang (kurus) beruang madu ini mampu bertahan hidup," ujarnya.

Berdasarkan pengakuan dari kiper juga, bahwa beruang madu yang dititipkan dari segi usia sudah cukup tua.

"Jika dihitung dari perpidahan saja sudah 11 tahun. Sementara yang dari kebun binatang Pontianak kita belum tahu sudah berapa tahun umurnya," ujarnya.

Sayangnya, sewaktu mau dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (pemeriksaan melalui sentuhan langsung ke hewan), namun dokter hewan di Sinka Zoo sedang tidak berada di tempat.

"Sehingga pemeriksaan yang saya lakukan secara pribadi itu hanyalah sebatas inspeksi atau melihat gejala klinis yang terlihat mengenai kekurusan hewan tersebut," ungkapnya.

Atas kondisi itu, secara kasat mata dia menduga bahwa kekurusan yang dialami beruang madu tersebut sepertinya memang ada penyakit. "Namun untuk memastikan itu, tentunya harus ada pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan sentuhan ke hewannya langsung, pemeriksaan paru-paru, jantung dan lain-lain," jelasnya.

Dia hanya menyarankan kepada kiper, untuk dapat menyampaikan saran tersebut kepada pengelola Sinka Zoo guna mengetahui kondisi yang dialami beruang madu tersebut.

"Karena menurut pengakuan kiper, mereka hanya melakukan pemeriksaan terhadap kotoran saja kepada beruang madu tersebut. Namun pemeriksaan kotoran yang dilakukan hanyalah relatif untuk mengetahui apakah ada indikasi cacing dan protozoa pada satwa beruang tersebut," tuturnya.

Kemudian, guna menghindari hal-hal yang negatif dari penilaian masyarakat, sebaiknya kondisi hewan yang kurang baik tidak di pamerkan tetapi di karantina.

"Mengenai hal ini, sebenarnya sudah ada permintaan atau wacana dari teman-teman di Sinka Zoo untuk membuat kandang karantina. Saya rasa wacana ini sudah cukup baik dan semoga saja bisa terwujud," katanya.

Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019