London (ANTARA News) - Pasar saham dunia rontok sejak awal pekan ini, di mana Bursa Tokyo terjerembab dalam lebih dari dua tahun pada level terendahnya ketika rencana perpajakan dari Presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush, untuk menghidupkan kembali ekonomi terbesar dunia itu mengecewakan para investor. Sesudah kerugian besar di perdagangan Asia, maka kini giliran pasar Eropa merugi, di mana bursa utama mencatat kerugian antara tiga sampai lima persen sebelum tengah hari saat para investor hendak keluar, kata para pedagang setempat. Mereka mengatakan bahwa sesudah tingginya harapan bahwa Bush akan mengumumkan langkah-langkah kuat untuk mencegah ekonomi AS jatuh kedalam resesi, pasar tidak memperoleh cukup untuk mengimbangi kabar buruk yang datang menyangkut perbankan dan keruntuhan pasar perumahan AS. "Skeptisme investor terhadap dampak pemotongan pajak sementara dalam menyelamatkan ekonomi AS dari penurunan tajam pertumbuhan ekonomi mendorong penjualan besar-besaran" atas ekuitas, kata Derek Halpenny dari The Bank of Tokyo-Mitsubishi di London. Indeks patokan Tokyo ditutup turun banyak 3,86 persen, mencapai titik terendah sejak Oktober 2005. FTSE 100 London sementara turun 3,83 persen dalam perdagangan pagi ketika indeks tersebut jatuh di bawah 5.700 poin untuk pertama kalinya sejak Juli 2006. Frankfurt tumbang 5,02 persen dan pasar Paris turun 4,55 persen dan berada di bawah 5.000 poin untuk pertama kalinya sejak Agustus 2006. Pasar valuta asing, namun bereaksi dengan tenang dan sejumlah pedagang menggambarkan penjualan besar-besaran saham sebagai berlangsung pendek, reaksi sesaat yang menawarkan kesempatan beli. "Jika tingkat bunga AS dipotong hingga sampai yang kami dan yang lainnya harapkan, maka kemungkinannya adalah bahwa harga saham hari ini akan menjadi seolah-olah tak bernilai dalam masa 12 bulan, jika tidak sebelumnya," kata Mike Lenhoff, kepala strateg pada Brewin Dolphin Securities. Pasar bereaksi terhadap rencana Bush yang diumumkan Jumat lalu berupa 140 miliar dolar (97 miliar euro) potongan pajak sementara dan langkah-langkah lain. Paket Bush "dipandang terlalu lambat dan tidak cukup kuat untuk menimbulkan dampak," kata Najeeb Jarhom, kepala riset untuk klien ritel pada Fraser Securities di Singapura. "Seolah-olah AS sedang mengarah ke resesi atau mungkin sudah dalam resesi, melihat data tersebut," katanya. Pasar Asia membaik kembali pada akhir minggu lalu karena harapan rencana stimulus Bush namun dibuka turun tajam Senin sesudah menyaksikan kurangnya antusiasme Wall Street terhadap pengumuman tersebut. Saham Hong Kong ditutup turun 5,5 persen menyusul anjlok 5,14 persen untuk saham China daratan, yang turun kebanyakan akibat kekhawatiran bahwa penerbitan saham mendatang secara besar-besaran oleh pengasuransi Ping An, kemungkinan menghantam permintaan ekuitas lain. Di lain tempat, saham India terjun 7,41 persen, Korea Selatan ditutup turun 3,0 persen terendah dalam lima bulan, Singapura melepas 6,03 persen dan Sydney kehilangan 2,9 persen. Para investor juga resah karena akan membutuhkan sehari lagi untuk mengukur reaksi selanjutnya di Amerika Serikat, dimana pasar tutup Senin karena hari libur Martin Luther King. Bush pada Jumat mengatakan rencananya akan bernilai "sekitar satu persen" dari produk domestik bruto AS dan menawarkan rabat pajak, insentif untuk bisnis dan langkah lain untuk mendorong pertumbuhan. Para pedagang mengatakan mereka mengharapkan kejutan pada pengumuman Bush yang banyak diantisipasi, khususnya tentang bagaimana menyelamatkan pasar perumahan yang bermasalah tersebut. Para pedagang AS menunjukkan kekecewaan mereka, dengan indeks patokan Dow Jones Industrial Avarage yang berakhir Jumat turun 0,49 persen. "Kejatuhan saham AS mencerminkan tuntutan para investor bagi lebih banyak langkah, dari pada kesehatan ekonomi," kata Mitsushige Akino, ketua manajer dana di Ichiyoshi Management di Tokyo. Ia mengatakan, pasar AS dan Jepang tidak mungkin jatuh secara signifikan dari tingkat rendah sekarang ini menjelang pertemuan 29-30 Januari The Fed. Bank Sentral AS secara luas diharapkan akan memotong tingkat suku bunga pada pertemuan berturut-turut keempat akibat terpuruknya sektor perumahan yang tertekan. Ekonomi AS sudah terpukul keras dengan meningkatnya kegagalan dalam sektor subprime mortgage dimana orang Amerika dengan rekor kredit buruk sedang berjuang untuk membayar kembali pinjaman yang diberikan kepada mereka selama booming perumahan. "Rencana stimulus ekonomi Bush tidak banyak mengejutkan pasar dan gagal untuk meredakan kekhawatiran para investor menyangkut ekonomi AS dan masalah subprime mortgage," kata Matthew Kwok, kepala riset di Tanrich Securities. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008