Kami berupaya mencegah penurunan harga seperti itu...
New York (ANTARA) - Harga minyak dunia sedikit berubah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) karena investor mempertimbangkan permintaan global yang lebih lemah terhadap kemungkinan perpanjangan kesepakatan pemangkasan produksi.

Patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli hanya menambahkan 0,01 dolar AS, menjadi menetap pada 53,27 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus ditutup datar pada 62,29 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Laporan Xinhua menyebutkan para investor telah khawatir selama beberapa waktu bahwa perlambatan ekonomi global akan mengurangi permintaan minyak mentah.

Badan Informasi Energi AS (EIA) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia 2019 sebesar 0,2 juta barel per hari (bph) menjadi 1,2 juta barel per hari dalam prospek energi jangka pendeknya yang dirilis pada Selasa (11/6/2019).

Laporan itu mengatakan pemerintah EIA mengurangi perkiraan harga minyak mentah 2019 untuk minyak Brent menjadi 67 dolar AS per barel, yang lebih rendah tiga dolar AS dari perkiraan Mei.

"Perkiraan harga 2019 yang lebih rendah sebagian besar mencerminkan penurunan harga minyak mentah global baru-baru ini, serta ketidakpastian tentang pertumbuhan permintaan minyak global," kata laporan itu.

Sementara meredupnya prospek permintaan membebani harga minyak, harapan bahwa pengekspor minyak utama dunia dekat dengan memperpanjang kesepakatan pengurangan produksi mendukung harga minyak mentah.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa pengekspor minyak non-anggota termasuk Rusia, telah menahan pasokan sejak awal tahun untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan, dan mendukung harga minyak.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan pada Senin (10/6/2019) bahwa Rusia adalah satu-satunya pengekspor minyak yang masih belum memutuskan apakah eksportir besar harus memperpanjang kesepakatan produksi, menurut laporan media.

"Kami berupaya mencegah penurunan harga seperti itu, yang dapat berdampak negatif bagi kepentingan konsumen dan produsen," kata Al-Falih pada konferensi pers bersama dengan Menteri Energi Rusia Alexander Novak, Senin (10/6/2019).

Novak mengatakan bahwa ada risiko besar kelebihan produksi minyak dan kemungkinan harga menurun.

Diperlukan penilaian situasi sehingga produsen minyak dapat membuat keputusan yang seimbang pada pertemuan yang dijadwalkan Juli di Wina, mengenai apakah akan memperpanjang pemotongan produksi minyak untuk menjaga harga stabil, tambahnya.

Baca juga: Harga emas naik tipis ditopang penurunan di pasar ekuitas AS

Baca juga: Melemah pagi, rupiah diprediksi menguat hingga Rp14.200 per dolar

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019