China tidak ingin berperang, tetapi kami tidak takut berperang
Washington (ANTARA) - Presiden Donald Trump pada Selasa (11/6/2019) membela penggunaan tarif sebagai bagian dari strategi perdagangannya, sementara China bersumpah akan memberikan tanggapan keras jika Amerika Serikat (AS) bersikeras akan meningkatkan ketegangan perdagangan di tengah negosiasi yang sedang berlangsung.

Amerika Serikat memulai pertempuran tarif dengan China pada 2018, meminta perubahan struktural yang luas dari Beijing. Tetapi ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat tajam pada Mei setelah pemerintah Trump menuduh China mengingkari janji untuk membuat perubahan ekonomi struktural selama berbulan-bulan pembicaraan perdagangan.

"Tarif adalah alat negosiasi yang hebat," cuit Trump, satu hari setelah mengatakan dia siap untuk memaksakan putaran lain dari tarif hukuman terhadap China.

Pada Senin (10/6/2019), presiden Republiken itu mengatakan dia akan menaikkan tarif impor China lebih lanjut, jika dia tidak dapat membuat kemajuan dalam pembicaraan perdagangan dengan Presiden China Xi Jinping di KTT G20 akhir bulan ini.

Trump telah berulang kali mengatakan dia bersiap-siap untuk bertemu Xi Jinping di KTT G20 di Osaka, Jepang, pada akhir Juni, tetapi China belum mengonfirmasi hal itu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang yang lagi tidak tertarik untuk mengkonfirmasi pertemuan Xi Jinping dan Donald Trump di G20 mengatakan informasi akan dirilis setelah tersedia untuk kementerian luar negeri.

"China tidak ingin berperang, tetapi kami tidak takut berperang," katanya, seraya menambahkan bahwa pintu China terbuka untuk pembicaraan berdasarkan kesetaraan.

"Jika Amerika Serikat hanya ingin meningkatkan friksi perdagangan, kami akan dengan tegas menanggapi dan berjuang sampai akhir."

Pekan lalu, Trump mengatakan ia akan memutuskan setelah G20, pertemuan para pemimpin ekonomi terbesar dunia, apakah akan melakukan ancaman untuk mengenakan tarif tambahan 300 miliar dolar AS pada barang-barang China.

Trump didukung oleh kemenangannya yang dideklarasikan sendiri setelah pertempuran selama berhari-hari dengan Meksiko, setelah ia mengancam akan mengenakan tarif kecuali pemerintah Meksiko berbuat lebih banyak untuk membendung aliran migran melintasi perbatasan AS-Meksiko.

Perang ganda telah mengadu pemerintahan Trump terhadap dua mitra dagang utamanya.

Washington mendesak Beijing untuk mengatasi kekhawatiran transfer teknologi paksa dan pencurian rahasia dagang AS. Mereka juga ingin membatasi subsidi untuk perusahaan milik negara China dan akses yang lebih baik untuk perusahaan-perusahaan AS ke pasar China.

Pada 10 Mei, Trump menaikkan tarif atas 200 miliar dolar AS barang impor dari China menjadi 25 persen dan mengambil langkah untuk memungut bea impor tambahan 300 miliar dolar AS dari China. Beijing membalas dengan kenaikan tarif pada daftar revisi 60 miliar dolar AS barang-barang impor AS.

Baca juga: China: Kami akan balas jika AS lakukan eskalasi perang dagang
Baca juga: Wall Street ditutup melemah tertekan data ekonomi dan perang dagang

Sementara itu Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross pada Selasa (11/6/2019) mengecilkan kemungkinan menyelesaikan perselisihan di KTT G20, dengan mengatakan itu tidak akan menjadi "tempat di mana orang membuat kesepakatan yang pasti."

"Di G20, paling-paling itu akan menjadi ... semacam perjanjian tentang jalan ke depan, tapi tentu saja itu tidak akan menjadi perjanjian yang pasti," kata Ross kepada CNBC.

Penasihat ekonomi utama Gedung Putih Larry Kudlow menggemakan sentimen itu dalam wawancara dengan CNBC, mengatakan ia berharap kedua presiden akan bertemu di KTT G20 dan dapat menyelamatkan perundingan.

Kedua belah pihak "sekitar 90 persen di dalam negeri" tentang sebuah "kesepakatan besar" ketika perundingan berantakan sebulan lalu, kata Kudlow.

"Kami ingin kembali ke tempat kami sebulan yang lalu, di mana kami memiliki basis yang sangat baik," kata Kudlow.

Terry Branstad, duta besar AS untuk China, dijadwalkan akan bertemu dengan Wakil Presiden AS Mike Pence di Washington pada Selasa (11/6/2019) di tengah negosiasi yang sedang berlangsung.

Pemerintah AS juga membuat marah China dengan menempatkan Huawei Technologies Co Ltd, pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia, pada daftar hitam yang secara efektif melarang perusahaan-perusahaan AS melakukan bisnis dengan perusahaan China.

Investor khawatir China akan membalas dengan memasukkan perusahaan-perusahaan AS ke daftar hitam atau melarang ekspor logam tanah jarang ke Amerika Serikat, yang digunakan dalam produk seperti chip memori, baterai isi ulang, dan ponsel. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Menkeu yakin perang dagang tidak akan gerus pertumbuhan kredit RI
Baca juga: Trump ancam kenakan tarif lebih banyak pada China setelah G20

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019